Kok Bisa? Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman

Kok Bisa? Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman

Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman --

PAGARALAM,PAGARALAMPOS.COM – Ngobeng, Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman Kekinian. 

Sebanyak delapan orang duduk bersila dengan membentuk lingkaran saling berhadapan. 

Mereka siap menyantap nasi dengan beragam lauknya yang berada di tengah-tengah.

Cara makan tersebut adalah tradisi leluhur Palembang dengan istilah ngobeng. 

BACA JUGA:5 Tips Agar Mendapatkan Beasiswa

Dari sumber Wikipedia, ngobeng berarti tradisi menghubungkan makanan dalam kegiatan adat Palembang seperti dalam acara pernikahan, khitanan, syukuran, dan perayaan hari-hari keagamaan.

Sayang, kearifan lokal itu kini nyaris tak pernah lagi ditemui, bahkan sudah hilang. Masyarakat setempat telah mengubah cara menghidangkan dengan masa kekinian, ada istilah prasmanan atau juga prancisan.

Bagi kaum milenial, mendengar kata ngobeng sendiri bisa jadi tak pernah sama sekali, apalagi merasakan langsung menikmati makan bersama dalam satu hidangan duduk lesehan.

 Mereka terbiasa dengan pola kekinian, mengambil makanan di satu meja dan makan sambil berdiri.

BACA JUGA:6 Cara Mendapat Beasiswa Kuliah Gratis

Ngobeng atau ngidang awalnya dibawa pendatang Arab ke Palembang. 

Namun pada masa Kesultanan Demangan, cara penyajian sedih diubah dengan memasukkan kultur Palembang.

Jika budaya Arab menghidangkan makanan dan lauk-pauknya di satu tempat dan dimakan secara bersama-sama oleh empat orang atau lebih, ngobeng versi Palembang sedikit berbeda.

Ngobeng menyediakan nasi, baik nasi putih maupun masih minyak dan lauk-pauknya di wadah terpisah, namun dihidangkan dalam satu tempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: