8 Penyebab Sering Lupa di Usia Muda

8 Penyebab Sering Lupa di Usia Muda

8 Penyebab Sering Lupa di Usia Muda-Foto: net-

Selain menghindari makanan tidak sehat, Anda juga bisa mulai mengonsumsi makanan pendukung daya ingat yang dapat membantu memperkuat kemampuan memori Anda.

BACA JUGA:4 Masalah Gizi ini Berisiko Anak jadi Stunting, Orang Tua Wajib Waspada

4. Kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan

Seseorang yang masih muda juga bisa sering lupa bila mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Pasalnya, minum terlalu banyak alkohol dapat mengganggu memori jangka pendek, bahkan setelah efek alkohol tersebut hilang.

Oleh karena itu, sebaiknya Anda mengurangi konsumsi alkohol untuk memininalisir risiko tersebut. Paling tidak, konsumsi alkohol tidak boleh lebih dari dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas untuk wanita.

5. Konsumsi obat-obatan tertentu

Beberapa orang yang masih muda mungkin memiliki kondisi medis tertentu, sehingga perlu mengonsumsi obat-obatan.

BACA JUGA:Perlu Kamu Ketahui Makanan yang Harus Dihindari Penderita Maag

Pada kondisi ini, obat-obatan yang dikonsumsi bisa menimbulkan efek samping berupa sedasi atau kebingungan (linglung), sehingga menjadi penyebab sering lupa di usia muda. Adapun obat-obatan yang bisa memengaruhi memori manusia, seperti obat antidepresan atau obat tekanan darah tinggi.

6. Masalah tiroid

Hipotiroidisme juga sering menjadi penyebab sering lupa meski masih muda. Ini merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Adapun kondisi tersebut dapat memengaruhi memori serta mengganggu tidur dan menyebabkan depresi, yang semuanya merupakan penyebab seseorang menjadi pelupa.

7. Gangguan kognitif ringan

Masih muda sering lupa juga bisa terjadi karena gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment/MCI). MCI adalah penurunan fungsi kognitif (kemampuan mengingat dan berpikir) pada seseorang yang kondisinya di luar normal untuk individu seusianya.

BACA JUGA:Tips Ampuh Kurangi Batuk Pada Penderita TBC

Namun, kondisi ini bukanlah demensia dan tidak tergolong parah. Bahkan, penderitanya masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari sebagaimana orang normal. Meski demikian, gangguan ini bisa meningkatkan risiko demensia dan penyakit Alzheimer pada masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: