Tragedi Kanjuruhan Makin Pilu, 43 dari 132 Korban Meninggal adalah Anak-Anak, Ini Upaya KPPPA
Petugas medis memindahkan jenazah korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan di RSUD Saiful Anwar, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022. foto: antara/R D Putra/Zk/hp ---oganilir.co-oganilir.co
objektif. Laporan tersebut diharapkan bisa memberikan rasa keadilan bagi Aremania.Diketahui, suporter Arema FC atau Aremania tidak terima pernyataan Ade Armando soal Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.”AA menyinggung perasaan dan membuat kegaduhan, karena dia menyebut Aremania, klien kami yang merupakan salah satu koordinator Aremania melaporkan hal itu. Ini menyangkut ITE,” kata Azam seperti dilansir dari antara.Atas dasar itu, pegiat media sosial yang juga merupakan dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando (AA)
BACA JUGA:KPU Palembang Lakukan Verifikasi Faktual Kepengurusan 9 Partai Calon Peserta Pemilu 2024
dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota, oleh salah satu koordinator Aremania.Azam menjelaskan, dalam unggahan video tersebut, AA telah menyebut Aremania berperilaku seperti preman dan bersikap jagoan pada saat terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang tersebut. Selain itu, AA dalam video tersebut juga tidak mengucapkan rasa duka atau memberikan empati kepada para Aremania.”AA juga dinilai memojokkan Aremania dalam sebuah video yang diunggah beberapa waktu setelah tragedi Kanjuruhan. Dia
main langsung tembak saja, seolah-olah mendiskreditkan Aremania. Dalam hal ini, Aremania disebut sebagai preman, sok jagoan dan sebagainya,” ujar Azam.”Jadi apapun alasannya proses hukum terus dijalankan. Tidak bisa tidak. Soal nanti klarifikasi, kita kembali pada klien kita,” tutur Azam.Sementara itu Kasatreskrim Polresta Malang Kota AKP Bayu Febrianto Prayoga mengatakan, kepolisian telah menerima laporan dari tim pengacara salah satu koordinator Aremania tersebut. ”Laporan sudah diterima. Masih harus kita dalami dan penyelidikan lebih
BACA JUGA:Kakek 60 Tahun Hanyut Terbawa Arus Sungai Ndikat
lanjut,” terang Bayu Febrianto Prayoga.Pada Sabtu, 1 Oktober 2022, terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter masuk area lapangan.Kerusuhan tersebut semakin membesar di mana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lain. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.Akibat kejadian
itu, sebanyak 132 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: oganilir.co