Pemkot PGA

Jelajahi 6 Makanan Tradisional Yogyakarta yang Terkenal Lezat dan Ikonik

Jelajahi 6 Makanan Tradisional Yogyakarta yang Terkenal Lezat dan Ikonik

Jelajahi 6 Makanan Tradisional Yogyakarta yang Terkenal Lezat dan Ikonik-Foto: net -

BACA JUGA:Pulau Pandan: Surga Alam dengan Jejak Sejarah Belanda di Sumatera Barat

BACA JUGA: Jejak Peradaban Hindu di Sumatera Selatan: Sejarah dan Keunikan Candi Bumi Ayu

Ciri khasnya adalah penggunaan buah keluak yang memberi warna gelap dan aroma unik. Rasanya merupakan perpaduan gurih, manis, dan sedikit pahit, menjadikan brongkos salah satu masakan tradisional yang sangat khas.

4. Gatot dan Tiwul

Kedua makanan ini berbahan dasar singkong yang dikeringkan hingga menjadi gaplek. Tiwul biasanya berwarna putih dan sering dijadikan pengganti nasi, sementara gatot berwarna hitam karena proses pengeringannya tidak sempurna.

Selain rasanya unik, gatot dan tiwul juga bermanfaat untuk kesehatan karena kaya serat dan baik untuk sistem pencernaan.

5. Wajik

Wajik adalah camilan manis dari beras ketan yang dimasak dengan santan dan gula kelapa. Kue ini kerap hadir dalam acara adat, terutama pernikahan.

BACA JUGA:Ketika Sejarah Indonesia Nyaris Punah: Kisah Pemberontakan yang Terlupakan

BACA JUGA:Pemberontakan yang Mengancam Eksistensi Bangsa Indonesia: Sejarah yang Hampir Hilang

Biasanya disajikan bersama makanan tradisional lain seperti jadah dan jenang. Filosofi wajik melambangkan doa agar kehidupan rumah tangga penuh kebersamaan dan kebahagiaan.

6. Apem

Apem atau apam memiliki kedudukan penting dalam tradisi Jawa. Namanya diyakini berasal dari kata Arab afwan yang berarti "maaf".

Biasanya, apem dibuat menjelang bulan Ramadan untuk dibagikan kepada tetangga, keluarga, maupun ke masjid, sebagai simbol syukur sekaligus permohonan maaf. Teksturnya lembut dengan aroma khas, menjadikannya kudapan yang sarat nilai budaya.

Yogyakarta memang tidak hanya dikenal dengan pesona budaya dan wisatanya, tetapi juga kulinernya yang kaya rasa dan makna. Setiap makanan tidak hanya memanjakan lidah, melainkan juga menjadi warisan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait