Selain itu, terdapat tradisi unik yang disebut Lepa Festival di beberapa wilayah, seperti di Wakatobi.
Dalam festival ini, perahu-perahu dihias indah untuk melambangkan kecintaan masyarakat Bajo terhadap laut.
Tradisi tersebut kini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang melestarikan jejak sejarah mereka.
Perubahan Gaya Hidup
BACA JUGA:Sejarah dan Kebudayaan Suku Nage: Warisan Leluhur dari Flores, Nusa Tenggara Timur!
Seiring perkembangan zaman, kehidupan Suku Bajo mengalami perubahan besar.
Banyak dari mereka kini tidak lagi tinggal di atas perahu, melainkan menetap di rumah panggung di pesisir pantai.
Meski begitu, keterikatan dengan laut tetap kuat karena sebagian besar mata pencaharian masih bergantung pada hasil laut.
Namun, modernisasi membawa tantangan baru. Eksploitasi laut yang berlebihan, pencemaran, serta perubahan iklim berpengaruh terhadap mata pencaharian Suku Bajo.
Beberapa komunitas bahkan beralih ke sektor pariwisata bahari, seperti menjadi pemandu wisata snorkeling dan diving.
Warisan Sejarah yang Berharga
Sejarah panjang Suku Bajo menunjukkan bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan laut secara harmonis.
Identitas mereka sebagai "manusia perahu" menjadi simbol kebudayaan maritim Indonesia.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Jembatan Siti Nurbaya: Ikon Romantis Kota Padang!
Keberadaan mereka sekaligus memperkuat citra Nusantara sebagai bangsa bahari yang sejak lama menjadikan lautan sebagai jantung kehidupan.
Hingga kini, Suku Bajo tetap menjaga tradisi leluhur sembari beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Mereka adalah saksi hidup perjalanan panjang peradaban maritim Asia Tenggara, sekaligus pengingat bahwa laut bukan hanya sumber daya, tetapi juga warisan yang harus dijaga.