Sejarah Suku Bajo: Jejak Pengembara Laut dan Identitas Maritim Nusantara!

Sabtu 04-10-2025,13:28 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Dari tempat tinggal tersebut, mereka berpindah dari satu pulau ke pulau lain untuk mencari ikan, kerang, atau hasil laut lainnya.

Kehidupan maritim ini membentuk identitas mereka sebagai pelaut ulung. Kemampuan navigasi mereka sangat terkenal, bahkan sebelum teknologi modern berkembang.

Orang Bajo mampu membaca arah angin, arus laut, dan bintang untuk menentukan perjalanan.

BACA JUGA:Sejarah Bukit Soeharto: Hutan Lindung dan Jejak Perjalanan Waktu di Kalimantan Timur!

Keterampilan ini diwariskan secara turun-temurun, menjadikan mereka sebagai salah satu komunitas bahari yang tangguh di dunia.

Peran dalam Perdagangan Laut Nusantara

Sejarah Nusantara tidak bisa dilepaskan dari perdagangan laut. Dalam hal ini, Suku Bajo memainkan peran penting.

Mereka bukan hanya nelayan, tetapi juga menjadi penghubung jalur perdagangan antarwilayah.

Dengan perahu layar tradisional, orang Bajo mengangkut hasil laut seperti teripang, mutiara, dan ikan kering untuk ditukar dengan beras, kain, maupun barang kebutuhan sehari-hari.

Pada masa kerajaan-kerajaan maritim, seperti Kesultanan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan dan Kesultanan Ternate-Tidore di Maluku, Suku Bajo sering kali menjadi bagian dari armada laut kerajaan.

Keahlian mereka dalam berlayar membuatnya dipercaya untuk menjaga jalur perairan dan mendukung aktivitas perdagangan.

Hubungan dengan Laut dalam Aspek Budaya

BACA JUGA:Penantian 8 Tahun, Balai Desa Candi Jaya Segera Direhab

Bagi Suku Bajo, laut bukan sekadar tempat mencari nafkah, melainkan juga bagian dari identitas dan kepercayaan.

Mereka percaya bahwa laut memiliki roh dan kehidupan yang harus dihormati.

Oleh karena itu, sebelum melaut biasanya dilakukan ritual doa agar diberi keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah.

Kategori :