PAGARALAMPOS.COM - Di tengah kesibukan Kota Makassar, terdapat sebuah monumen yang menjadi simbol perjuangan dan semangat rakyat Sulawesi Selatan.
Monumen ini adalah Patung Sultan Hasanuddin, pahlawan nasional yang dijuluki “Ayam Jantan dari Timur” karena keberaniannya menentang kolonial Belanda pada abad ke-17.
Lebih dari sekadar patung, monumen ini mencerminkan tekad perlawanan, kebanggaan sejarah, dan identitas budaya warga Makassar.
Sejarah dan Latar Belakang
Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pemimpin yang cerdik dan berani, setia membela kemerdekaan Kerajaan Gowa dari tekanan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Belanda.
Puncak konflik ini terjadi dalam Perang Makassar, salah satu peristiwa penting dalam sejarah Nusantara.
BACA JUGA:Sejarah Monumen Dharma Yudha Mandala: Jejak Perjuangan Rakyat Ende dalam Menjaga Keutuhan NKRI!
BACA JUGA:Ketika Sejarah Indonesia Nyaris Punah: Kisah Pemberontakan yang Terlupakan
Meskipun Gowa akhirnya harus menerima Perjanjian Bongaya pada 1667, keberanian dan keteguhan Sultan Hasanuddin tetap dikenang sebagai simbol perjuangan yang gigih.
Pendirian Patung dan Makna
Patung ini didirikan untuk menghormati jasa-jasa Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatan Sulawesi Selatan.
Letaknya berada di pusat kota, di depan Benteng Rotterdam, yang dulunya bernama Benteng Ujung Pandang.
Patung menampilkan Sultan Hasanuddin menunggang kuda dengan pedang terangkat. Kedua kaki depan kuda yang terangkat melambangkan keberanian dan tekad, sementara sorot mata sang sultan menggambarkan kepemimpinan yang tegas dan penuh wibawa.
BACA JUGA:Ketika Sejarah Indonesia Nyaris Punah: Kisah Pemberontakan yang Terlupakan
BACA JUGA:Pemberontakan yang Mengancam Eksistensi Bangsa Indonesia: Sejarah yang Hampir Hilang