Proses Pembuatan dan Peresmian
Desain patung dibuat berdasarkan penelitian sejarah agar menyerupai Sultan Hasanuddin secara akurat, mulai dari busana, postur, hingga detail wajah. Terbuat dari perunggu, patung ini didirikan di atas fondasi tinggi agar mudah terlihat dari berbagai sisi.
Monumen ini diresmikan pada tahun 1970-an, sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa pahlawan lokal sekaligus upaya menjaga sejarah tetap hidup di tengah pembangunan modern.
Fungsi Sosial dan Budaya
Selain menjadi objek wisata sejarah, patung Sultan Hasanuddin sering menjadi lokasi kegiatan budaya, upacara peringatan hari pahlawan, dan acara resmi tingkat daerah. Warga juga memanfaatkannya sebagai titik berkumpul untuk memperingati peristiwa penting atau menyuarakan aspirasi.
BACA JUGA: Mengapa Aceh Sulit Dijajah Belanda? Fakta Sejarah yang Jarang Diketahui
BACA JUGA:Pulau Pandan: Surga Alam dengan Jejak Sejarah Belanda di Sumatera Barat
Dengan demikian, patung ini bukan hanya hiasan kota, tetapi juga simbol kehidupan sosial dan budaya Makassar.
Warisan Kepahlawanan
Kehadiran patung Sultan Hasanuddin mengingatkan kita bahwa semangat perjuangan dan nasionalisme tetap relevan hingga kini. Nilai kepemimpinan, keberanian, dan cinta tanah air yang ia tunjukkan menjadi teladan bagi generasi muda.
Dengan mempelajari sejarah hidup Sultan Hasanuddin, anak-anak muda Sulawesi Selatan dapat menumbuhkan karakter tangguh dan identitas kuat sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Semangat melawan ketidakadilan dan mempertahankan martabat bangsa adalah warisan yang harus terus dijaga.