Dalam proses rehabilitasi, keberadaan Kapal PLTD Apung awalnya dianggap sebagai pengingat kesedihan.
Namun, lambat laun muncul kesadaran bahwa kapal tersebut bisa menjadi simbol ketangguhan dan pembelajaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana.
BACA JUGA:Sejarah Danau Situ Gunung: Legenda, Jejak Kolonial, dan Harmoni Alam di Kaki Gunung Gede!
Akhirnya, kapal ini direstorasi dan kawasan sekitarnya dibangun menjadi kawasan wisata edukatif.
Pada tahun 2012, kompleks Kapal PLTD Apung resmi dibuka untuk umum sebagai bagian dari wisata tsunami di Aceh.
Di sekitar kapal, dibangun taman, jembatan pandang, museum mini, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Fungsi Edukatif dan Wisata Sejarah
Kini, Kapal PLTD Apung tidak hanya menjadi objek wisata, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat dan pelajar.
Di dalamnya, pengunjung bisa melihat berbagai panel informasi yang menjelaskan kronologi tsunami, kisah-kisah korban dan penyintas, serta pentingnya mitigasi bencana.
BACA JUGA:Sejarah Danau Situ Gunung: Legenda, Jejak Kolonial, dan Harmoni Alam di Kaki Gunung Gede!
Ada juga ruangan memorial untuk mengenang para korban yang meninggal dunia di sekitar kapal tersebut.
Dengan mengunjungi tempat ini, masyarakat diingatkan akan pentingnya kesadaran terhadap ancaman alam dan bagaimana teknologi serta infrastruktur bisa berperan dalam mengurangi dampaknya.
Pemerintah daerah juga menjadikan kawasan ini sebagai bagian dari program pelestarian sejarah dan budaya lokal.
Simbol Ketangguhan Masyarakat Aceh
Warga sekitar yang dulunya trauma kini menjadikan tempat ini sebagai bagian dari kehidupan mereka baik secara emosional maupun ekonomi.
Banyak warga yang menggantungkan penghasilan dari kegiatan wisata di sekitar kapal, seperti berjualan suvenir, makanan, atau menjadi pemandu wisata.