PAGARALAMPOS.COM - Di jantung Kota Pasuruan, Jawa Timur, berdiri sebuah bangunan tua yang menjadi saksi bisu geliat zaman kolonial Belanda Gedung Harmonie.
Meski kini tidak sepopuler bangunan bersejarah lain di Indonesia, gedung ini menyimpan warisan penting dari masa lampau yang memperlihatkan wajah masa kolonial dengan segala kompleksitasnya.
Gedung Harmonie bukan sekadar peninggalan arsitektur, tetapi juga simbol dinamika sosial dan politik pada masanya.
Awal Mula Pembangunan
BACA JUGA:10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Membuktikan Kejayaannya di Nusantara
Gedung Harmonie dibangun pada awal abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1830-an, ketika Pasuruan masih menjadi bagian penting dari sistem kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan gedung ini mencerminkan tren di masa itu, di mana pemerintah kolonial membangun berbagai fasilitas sosial dan budaya bagi kalangan Eropa yang tinggal di kota-kota penting di Jawa.
Nama "Harmonie" sendiri diambil dari istilah yang lazim digunakan untuk klub sosial bagi orang-orang Belanda.
Gedung ini dirancang dengan gaya arsitektur neoklasik, yang saat itu sangat populer di kalangan kolonial.
Pilar-pilar besar, jendela-jendela lebar, dan tata ruang yang simetris menjadi ciri khas dari bangunan ini.
Bukan hanya sekadar gedung pertemuan, Harmonie difungsikan sebagai tempat pesta dansa, konser musik, perjamuan, hingga pertemuan resmi pemerintah Belanda dan tokoh-tokoh lokal.
BACA JUGA:Menguak Kutukan Prabu Brawijaya V: Misteri di Balik Gunung Lawu yang Masih Jadi Tanda Tanya
Tempat Berkumpul Kaum Elit
Pada masa jayanya, Gedung Harmonie menjadi pusat kehidupan sosial bagi elite kolonial di Pasuruan.
Para pejabat Belanda, pengusaha perkebunan, hingga bangsawan lokal kerap menghadiri acara-acara yang digelar di sini.