Suku Bugis: Warisan Peradaban Luwu dan Kisah Diaspora Pelaut Terampil Indonesia

Sabtu 07-06-2025,11:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

BACA JUGA:Memahami Sejarah Candi Pari: Jejak Peradaban Majapahit di Sidoarjo!

Tradisi Merantau dan Penyebaran Budaya

Salah satu ciri khas suku Bugis adalah tradisi merantau yang kuat. Sejak abad ke-15, orang Bugis telah dikenal sebagai pelaut dan pedagang yang menjelajah jauh hingga ke Semenanjung Malaya, Kalimantan, Nusa Tenggara, bahkan Australia Utara.

Migrasi ini tidak hanya didorong oleh faktor ekonomi, tapi juga oleh konflik politik dan peperangan antarkerajaan.

Saat merantau, suku Bugis tidak hanya berdagang, tetapi juga mendirikan komunitas, menyebarkan budaya, serta turut berperan dalam struktur pemerintahan lokal di berbagai wilayah seperti Johor, Selangor, dan Riau.

Nilai Kehormatan dan Sistem Sosial

Budaya Bugis sangat menekankan nilai siri’, yakni konsep kehormatan dan harga diri yang menjadi pedoman hidup masyarakat.

Jika siri’ seseorang dilanggar, maka mempertahankan kehormatan tersebut dianggap wajib, bahkan sampai mempertaruhkan nyawa.

BACA JUGA:Sejarah Suku Ngaju: Menelusuri Jejak Budaya, Kepercayaan, dan Perjuangan Identitas di Kalimantan Tengah!

BACA JUGA:Sejarah Suku Simalungun: Jejak Peradaban Tua dari Tanah Sumatera Utara!

Masyarakat Bugis memiliki hierarki sosial yang jelas, mulai dari penasehat raja (pabbicara), bangsawan (arung), hingga rakyat biasa.

Perempuan juga memiliki peran penting, terutama dalam adat dan pelestarian budaya.

Keunikan lain dari masyarakat Bugis adalah pengakuan terhadap lima gender: oroané (laki-laki), makkunrai (perempuan), calalai (perempuan dengan perilaku laki-laki), calabai (laki-laki dengan perilaku perempuan), dan bissu (pendeta dengan unsur maskulin dan feminin).

Peran bissu sangat vital dalam ritual keagamaan tradisional Bugis.

Islam dan Perubahan Sosial

Islam masuk ke wilayah Bugis pada abad ke-17 melalui ulama dari Minangkabau dan Gowa.

Kategori :