BACA JUGA:Memahami Sejarah Suku Mentawai: Warisan Leluhur dari Pulau Terpencil!
Fair: Banyak bagian gambar hilang, terdapat noda atau coretan.
Poor: Kondisi terburuk, biasanya hanya layak jika sangat langka.
Nomor seri juga memengaruhi harga jual. Cetakan pertama atau seri lebih tua biasanya memiliki nilai lebih tinggi dibanding cetakan baru.
Selain itu, nomor seri unik menjadi incaran kolektor karena dianggap lebih berharga.
Uang specimen atau contoh yang tidak diedarkan secara umum memiliki nilai jual yang tinggi.
Karena jumlahnya sangat terbatas, uang ini sangat diminati kolektor dan dapat dihargai jutaan rupiah.
Selain itu, uang edisi khusus yang memiliki cap atau tanda tangan pejabat tertentu biasanya dicetak untuk acara khusus dan jumlahnya terbatas, sehingga harganya juga lebih tinggi.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Tugu Poci: Simbol Budaya dan Identitas di Tanah Melayu!
Kolektor juga tertarik pada uang dengan cerita sejarah yang unik. Uang yang belum dipotong (uncut sheet) juga menjadi incaran, biasanya berupa lembaran besar yang belum dipotong menjadi lembaran kecil. Biasanya disertai sertifikat keaslian dari Bank Indonesia sehingga nilainya bertambah.
Contoh harga uang kuno di pasar Indonesia adalah sebagai berikut:
Koin Nederlandsch Indie: sekitar Rp150.000
Koin Rp200 terbitan 1945: sekitar Rp500.000
Koin Rp500 terbitan 1945: sekitar Rp600.000
Koin 2,5 gulden (1856-1945): bisa mencapai Rp10 juta