Sayangnya, Pangeran Naha kemudian gugur dalam pertempuran, dan untuk menghormati perjuangannya, benteng ini kemudian dinamai sesuai dengan namanya—Otanaha, yang berarti “Benteng Naha”.
Arsitektur Unik Benteng
Salah satu keunikan Benteng Otanaha terletak pada material pembangunannya.
Ini menunjukkan kecanggihan teknik konstruksi tradisional masyarakat Gorontalo pada masa itu. Hingga kini, struktur benteng masih berdiri kokoh, walaupun beberapa bagian mengalami pelapukan akibat usia dan cuaca.
BACA JUGA:Sejarah Ritual Ma’nene: Upacara Penyucian Jenazah dari Toraja yang Penuh Makna Filosofis!
Benteng ini memiliki bentuk melingkar dengan beberapa titik menara pengintai.
Akses menuju benteng pun menantang: pengunjung harus menaiki 348 anak tangga untuk mencapai puncak, dengan beberapa pos perhentian di antaranya.
Meski melelahkan, pemandangan dari atas bukit menjadi imbalan yang sepadan. Dari sana, Danau Limboto terlihat luas membentang, dengan angin sejuk yang meniupkan aroma sejarah.
Nilai Budaya dan Pariwisata
BACA JUGA:Menyelami Makna Sakral di Balik Pernikahan Adat Suku Tolaki
Kini, Benteng Otanaha menjadi salah satu ikon wisata sejarah Gorontalo. Setiap tahun, ribuan pengunjung datang untuk menikmati keindahan panorama sekaligus menyelami sejarah yang membentuk daerah ini.
Pemerintah daerah bersama komunitas budaya terus berupaya melestarikan situs ini, baik secara fisik maupun melalui promosi nilai-nilai sejarahnya.
Benteng ini juga menjadi lokasi edukatif bagi pelajar dan peneliti sejarah lokal.
Kisah Pangeran Naha dan keberanian rakyat Gorontalo diabadikan dalam narasi sejarah daerah, menjadi pengingat bahwa identitas suatu bangsa dibentuk oleh semangat mempertahankan kedaulatan dan budaya.