Mengupas Sejarah dan Mitos Gunung Semeru: Antara Keindahan dan Keangkeran

Rabu 12-03-2025,00:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Gunung Semeru memiliki sejumlah pantangan yang dijaga dengan penuh penghormatan.

Salah satu yang paling dikenal adalah larangan membawa pulang benda-benda dari gunung, seperti batu atau tanaman, karena diyakini dapat membawa kesialan.

Pendaki juga diingatkan untuk menjaga sikap sopan selama pendakian, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan energi spiritual yang menyelimuti gunung ini.

BACA JUGA:Kisah Sejarah Suku Sentinel yang Hidup Di Zaman Batu, Tanpa Berhubungan Dengan Orang Asing!

BACA JUGA:Menyingkap 6 Fakta Gunung Prau: Pesona Alam dan Warisan Sejarah yang Terlupakan

Ritual Kasada: Ungkapan Syukur Suku Tengger

Bagi masyarakat suku Tengger, Gunung Semeru memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.

Setiap tahun, mereka melaksanakan ritual Kasada dengan melemparkan hasil panen, bunga, dan makanan ke kawah sebagai bentuk rasa syukur dan doa keselamatan.

Ritual ini mencerminkan harmoni antara manusia dan alam, sekaligus menjadi wujud penghormatan kepada kekuatan gaib yang diyakini menjaga kelestarian Gunung Semeru.

Gunung Semeru: Perpaduan Alam dan Spiritualitas

Gunung Semeru bukan hanya sekadar destinasi pendakian yang menantang, tetapi juga tempat yang kaya akan nilai spiritual.

BACA JUGA:Menilik Sejarah dan Pesona Art Center Bali: Pusat Seni Budaya yang Legendaris!

BACA JUGA:Sejarah Budaya di Desa Adat Ratenggaro: Melakukan Tradisi dan Budaya yang Masih Dipegang Teguh!

Legenda jejak kaki sang raja, pantangan yang dijunjung tinggi, dan ritual-ritual yang terus dilestarikan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Sebagai puncak tertinggi di Pulau Jawa, Semeru tidak hanya menjadi simbol keindahan alam, tetapi juga lambang hubungan erat antara manusia, spiritualitas, dan alam semesta yang saling melengkapi.

Kategori :