Berkembangnya perdagangan menyebabkan Pontianak menjadi rumah bagi berbagai suku, mulai dari Melayu, Tionghoa, Dayak, hingga Bugis dan Jawa.
BACA JUGA:Eksplorasi Suku Komering: Tradisi, Sejarah, dan Rumah Panggung di Sumatera
Keberadaan pelbagai etnis ini membentuk identitas unik Pontianak. Masing-masing suku membawa serta tradisi, bahasa, dan agama mereka, menciptakan kota yang beragam dan harmonis.
Kaum Tionghoa, misalnya, datang sebagai pedagang dan banyak menetap di Pontianak untuk mengembangkan jaringan perdagangan mereka.
Mereka umumnya bekerja di sektor perdagangan dan bisnis, sehingga banyak berkontribusi dalam kemajuan ekonomi Pontianak.
Sementara itu, suku Melayu yang merupakan penduduk asli serta pendiri kota ini terus memperkuat kehadiran mereka di sektor politik dan pemerintahan.
BACA JUGA:Menyusuri Jejak Sejarah Suku Banjar: Asal-Usul dan Adat Istiadatnya
Sedangkan, suku Dayak sebagai penduduk asli Kalimantan mempertahankan adat dan budaya mereka, memperkaya keberagaman budaya di kota ini.
Keberadaan berbagai suku ini juga menjadikan Pontianak sebagai kota yang dipenuhi dengan tradisi dan festival budaya.
Festival seperti Cap Go Meh, yang berasal dari budaya Tionghoa, serta Gawai Dayak, yang merupakan perayaan panen suku Dayak, menunjukkan betapa harmonisnya interaksi di antara berbagai suku di Pontianak.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya menarik wisatawan lokal dan asing, tetapi juga memperkuat persatuan dan toleransi di antara masyarakatnya.
BACA JUGA:Sejarah dan Cerita Mistis di Bukit Barisan: Keindahan yang Menyimpan Rahasia
Jejak Budaya dan Warisan Sejarah
Warisan budaya yang ada di Pontianak dapat terlihat dari arsitektur, makanan, hingga bahasa sehari-hari masyarakatnya.
Ada beberapa kawasan di Pontianak yang kaya akan nilai sejarah, seperti Keraton Kadriyah yang menjadi saksi bisu awal mula kota ini.
Kawasan pecinan di sekitar pasar juga masih mempertahankan nuansa Tionghoa yang kental.