PAGARALAMPOS.COM - Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, dikenal dengan keberagamannya yang unik dalam hal etnis dan budaya. Letaknya yang strategis di tepi sungai Kapuas dan sungai Landak menjadikannya titik penting dalam jalur perdagangan pada masa lampau.
Hal ini menciptakan suatu harmoni "pelangi suku," yaitu beragam suku yang hidup bersama di kota ini.
Seiring berkembangnya kota, perdagangan terus memainkan peran penting dalam memperkaya aspek sosial, budaya, dan sejarah Pontianak.
Namun, apa sebenarnya yang membuat Pontianak menjadi pusat pelangi suku dan perdagangan?
BACA JUGA:Warisan Budaya Suku Sasak: Sejarah dan Tradisi yang Tak Terpisahkan
Sejarah Jalur Perdagangan
Pada abad ke-18, Pontianak didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Terletak di garis khatulistiwa, Pontianak menjadi lokasi strategis yang menarik minat banyak pedagang dari berbagai penjuru.
Pada masa itu, kapal-kapal dari Tiongkok, Arab, India, dan Eropa sering singgah di kota ini.
Perairan Kapuas yang dalam serta letaknya yang mudah diakses membuatnya ideal sebagai jalur perdagangan internasional.
BACA JUGA:Menelusuri Tradisi dan Sejarah Suku Jawa: Kearifan Lokal dalam Modernitas
Selain itu, wilayah ini juga kaya akan hasil alam, terutama lada, emas, kayu gaharu, dan karet yang diminati oleh para pedagang asing.
Keberadaan komoditas bernilai tinggi ini mendorong pertukaran barang antara penduduk lokal dan pedagang asing, memperkaya budaya dan interaksi masyarakat.
Kota ini menjadi pusat penghubung yang kuat di antara berbagai kepentingan ekonomi Asia Tenggara, termasuk Kerajaan Tanjungpura dan Kesultanan Banjarmasin, yang memiliki hubungan perdagangan dengan Pontianak.
Pontianak sebagai Titik Pelangi Suku