Secara arsitektur, Jembatan Ampera adalah salah satu jembatan angkat terbesar pada zamannya.
BACA JUGA:Suku Moronene: Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya di Era Prasejarah
Panjang total jembatan ini mencapai 1.117 meter, dengan lebar sekitar 22 meter.
Di bagian tengahnya, jembatan memiliki mekanisme yang memungkinkan bagian tengahnya untuk terangkat ke atas hingga ketinggian 11,5 meter, memberikan ruang bagi kapal-kapal besar untuk lewat di bawahnya.
Mekanisme pengangkatan jembatan ini dijalankan oleh dua bandul pemberat besar seberat 500 ton, yang terletak di kedua sisi jembatan.
Meskipun pada saat itu teknologi ini dianggap sangat maju dan memungkinkan mobilitas yang lebih fleksibel di Sungai Musi, sistem angkat ini hanya berfungsi selama kurang dari 10 tahun.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Kerajaan Demak: Pionir Islam di Pulau Jawa dan Warisannya
Pada 1970, mekanisme pengangkatan dihentikan karena berbagai alasan, salah satunya adalah pertimbangan keselamatan dan kebutuhan jembatan sebagai penghubung darat yang lebih mendesak.
Peran dalam Kehidupan Masyarakat
Sejak diresmikan, Jembatan Ampera telah menjadi tulang punggung transportasi di Kota Palembang.
Sebelum adanya jembatan ini, transportasi antara Seberang Ilir dan Seberang Ulu sangat bergantung pada perahu.
Kehadiran Jembatan Ampera mempermudah akses transportasi dan mempercepat perkembangan ekonomi di kedua sisi Sungai Musi.
BACA JUGA:Sejarah dan Makna Filosofis di Balik Patung Ikan Sura dan Baya, Ikon Kota Surabaya
Selain fungsinya sebagai penghubung, Jembatan Ampera juga menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Palembang.
Keindahan jembatan ini, terutama saat malam hari ketika lampu-lampu hias menyala, menarik wisatawan lokal dan internasional.
Jembatan ini juga menjadi latar berbagai acara besar, termasuk festival tahunan seperti Festival Musi.