Menelusuri Benteng Kembar di Palembang, Dimanakah Lokasinya Sekarang?

Senin 05-08-2024,20:58 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

PALEMBANG, PAGARALAMPOS.COM - Kota Palembang mempunyai banyak julukan. Karena memiliki 117 sungai, Belanda menyebut Palembang “De Stad der Twintig Airanden”, atau kota 20 pulau.

Julukan lainnya, Indische Venetie' (Venesia dari India) dan De Stad des Vredes'' (Kota Damai), sepertinya berasal dari terminologi Palembang Darussalam.

Sungai Musi merupakan denyut nadi peradaban kota. Benteng kota pertamanya bernama Kuto Gawan (1522-1659) dan terletak di antara Plaju dan Pulo Kemaro.

Sistem pertahanan didukung oleh empat benteng yang terletak di tepi Sungai Musi: Bamagungan, Tambakbaya, Martapura, dan Pulau Kemaro.

BACA JUGA:Serunya Menggoyang Lidah di Palembamg, Restoran Hits Dipinggiran Sungai Musi

BACA JUGA:Restoran di Palembang Yang Wajib Kamu Cobain, Instgramble dan Bernuansa Tempo Doeloe

Setelah dirusak oleh VOC, pemukiman berpindah ke hulu. Situs ini terletak di antara sungai Rendang dan Tengkuruk dan dikenal dengan nama Istana Beringin Jangat (1662-1724).

Benteng selanjutnya dibangun lebih jauh ke hulu antara sungai Tengkuruk dan Sekanak. Di area terakhir, benteng kembar akan muncul.

Dua benteng berdiri bak saudara di tepian Sungai Musi. Benteng ini dibangun pada tahun 1737 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, dan kemudian benteng istana tersebut dikenal dengan nama Kut Rama.

Sementara itu, pada tahun 1780, cucunya Sultan Muhammad Bahauddin memulai pembangunan tepat di sebelah benteng istana yang kemudian dikenal dengan nama 'Kut Besak'.

BACA JUGA:Jejak Kejayaan Sriwijaya: Sejarah Religi di Bukit Siguntang dan Asal Usul Palembang

Luas wilayah Kut Ramah kira-kira separuh luas Kut Besak. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah gang menuju masjid tua, Masjid Agung Palembang.

Petugas East India Company William Marsden mencatat kesannya terhadap Old Couteau. Dalam kunjungannya, Kut Besak nampaknya belum rampung.

"Istana itu besar dan tinggi, dan tembok luarnya dihiasi dengan mewah,'' tulis Marsden dalam History of Sumatra-nya. Di samping tembok istana ini ada dua benteng persegi yang kuat.''

Lalu Marsden melanjutkan, Di antara kedua benteng itu ada sebuah lapangan. Di salah satu ujung lapangan terdapat ballroom tempat Sultan menerima tamu resmi. Aula adalah bangunan biasa, kadang digunakan sebagai gudang.

Kategori :