Menelusuri Benteng Kembar di Palembang, Dimanakah Lokasinya Sekarang?

Senin 05-08-2024,20:58 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

BACA JUGA:Gending Sriwijaya: Warisan Budaya dan Makna Tari dalam Upacara Penyambutan Tamu di Palembang

William Thorne, seorang prajurit Kerajaan Inggris, membuat sketsa peta pusat kota Palembang pada tahun 1812. Denah Detail Keraton Yogyakarta.

Thorne menyelesaikan sketsa denah yang berisi ciri-ciri empat benteng dan berbagai bangunan di dalamnya.

Itu juga merupakan lokasi desa Tionghoa. Pertahanannya diperkuat dengan 242 moncong meriam.

"Beberapa sungai kecil mengalir melalui kota ini, membentuk rangkaian sekitar 20 atau 30 pulau," kata Thorn. "Itulah sebabnya tempat ini disebut 'Kota Dua Puluh Pulau.'"

Thorne masih melihat dua benteng kembar – dia tidak menyebutnya dengan terminologi lokal.

BACA JUGA:Menguak Sejarah Religius Sriwijaya: Misteri di Balik Bukit Siguntang dan Asal Usul Palembang

Tiap keraton mempunyai bangunan pendopo tersendiri, dan sebagian lahannya diperuntukkan bagi pohon buah-buahan dan tanaman hias.

Kapan Benteng Kuto lama hilang


Foto : Peta Benteng Kuto dialiran Sungai Musi--National Geographic

Djohan Hanafiah, warga Palembang, menulis buku Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Membentuk Kemerdekaan. Mengungkap perseteruan dua benteng kembar palembang.

“Bagaimanapun, kedua istana ini ibarat air dan minyak,” kata Djohan. “Saat Kut Waisak mengibarkan bendera Kesultanan Palembang, Kut Lama mengibarkan bendera Inggris.”

Pada tahun 1821, tentara Hindia Belanda di bawah pimpinan Hendrik Merkus Baron de Kock. Pada saat penyerangan, perseteruan keluarga terus berlanjut. 

BACA JUGA:Mengupas Sejarah dan Makna Gelar Bangsawan dalam Budaya Palembang, Orang Sumatera Wajib Tahu!

Ekspedisi militer berakhir dengan ditangkapnya Sultan Mahmud Badaruddin II yang diasingkan ke pulau Ternate.

Lalu, De Kock melantik penerus selanjutnya, Prabu Anom menjadi Sultan Ahmad Najamuddin IV dan ayahnya, Husin Djauddin, sebagai Susuhunan.

Kategori :