Bahlil menekankan bahwa penurunan ini tidak sejalan dengan target ambisius yang telah ditetapkan untuk penyerapan investasi, yang berkisar antara Rp1,850 triliun hingga Rp1,900 triliun.
Target ini dipandangnya sebagai kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan menekankan pentingnya investasi untuk dukungan hilirisasi produk dan penciptaan lapangan kerja berkualitas.
Dalam upayanya untuk memastikan realisasi target investasi tersebut, Bahlil mengajukan permintaan peningkatan anggaran Kementerian Investasi menjadi minimal Rp800 miliar.
Dia juga menyarankan agar DPR memanggil Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menjelaskan alasan di balik penurunan yang signifikan ini.
BACA JUGA:Berprestasi Pendidikan di UEA, Dua PAMA Ini Diganjar Pin Emas Kapolri
Implikasi dan Tantangan Ke Depan
Penurunan anggaran yang signifikan untuk Kementerian Perdagangan dan Kementerian Investasi menggambarkan tantangan dalam mencapai tujuan ekonomi yang ambisius di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Meskipun penambahan anggaran telah diusulkan untuk mendukung agenda-agenda kunci seperti ekspor dan investasi, masih terdapat kebutuhan untuk memastikan alokasi anggaran yang memadai guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam konteks ini, keterlibatan DPR dan penyesuaian rencana kerja pemerintah menjadi krusial untuk memastikan bahwa target-target pembangunan nasional dapat tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
BACA JUGA: Perubahan Jadwal Bansos, Mengapa Bantuan Pangan Kini Setiap Dua Bulan?, Cek Alasannya Disini!
Dengan demikian, sambutan terhadap penurunan anggaran ini tidak hanya mencerminkan tantangan saat ini, tetapi juga upaya bersama untuk mengatasinya demi keberlanjutan ekonomi Indonesia ke depan. *