Saat merayakan panen raya jagung di Gorontalo dan Sumbawa, beliau menyampaikan keprihatinan atas situasi yang mengkhawatirkan ini.
Meskipun produksi jagung meningkat, harga yang turun hingga Rp. 4.000/kg membuat petani semakin terpuruk.
Jokowi menyerukan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk segera melakukan penyerapan hasil panen, termasuk jagung, untuk mencegah kerugian lebih lanjut bagi petani.
Beliau juga mengekspresikan harapannya agar harga jagung dapat stabil dan tidak merugikan petani yang menjadi tulang punggung industri pertanian di Indonesia.
BACA JUGA: Embarkasi Palembang Telah Berangkatkan 2241 Jemaah Haji Dari 5 Kloter
Konsekuensi Emosional: Petani Hancur oleh Krisis Ekonomi
Sementara pemerintah dan anggota legislatif berusaha mencari solusi untuk masalah ini, kita tidak boleh melupakan dampak emosional yang ditanggung oleh para petani.
Mereka bukan hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga kehilangan harapan dan semangat dalam bertani.
Tangisan histeris dan keputusasaan yang terpancar dari para petani menjadi cerminan dari betapa parahnya krisis ini.
BACA JUGA:Soul Internasional Travel Fair Membawa Sumsel ke Sorotan Dunia
Lebih dari sekadar angka dan statistik ekonomi, ini adalah kisah nyata tentang manusia yang menderita, tentang petani yang berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Tantangan ke Depan: Perlunya Langkah Tegas dan Berkelanjutan
Dalam menghadapi krisis ini, diperlukan langkah-langkah konkret dan berkelanjutan.
Pemerintah perlu lebih dari sekadar intervensi jangka pendek; mereka harus memastikan bahwa harga jagung tetap menguntungkan bagi para petani, dan bahwa mereka mendapatkan perlindungan yang layak dalam menjalankan profesi mereka.
BACA JUGA:Kota Pagar Alam Berupaya Tingkatkan Sistem e-SAKIP Melalui Workshop Terbaru
Selain itu, perlunya peningkatan kesadaran akan pentingnya dukungan terhadap pertanian lokal.