Seperti banyak suku lainnya, suku Gayo memiliki marga yang menjadi bagian integral dari identitas mereka.
Meskipun penggunaan marga ini mulai meredup di era modern, beberapa penduduk Gayo yang masih menjaga tradisi tersebut biasanya tinggal di wilayah Bebesen.
Di antara marga-marga yang dikenal dalam suku Gayo adalah Munte.
Kala, Tebe, Melala, dan masih banyak lagi, yang membawa makna dan sejarah tersendiri bagi komunitas mereka.
BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau
4. Bahasa Lokal
Dalam kehidupan sehari-hari, suku Gayo menggunakan bahasa Gayo yang memiliki ciri khas sendiri.
Bahasa ini memiliki sedikit kesamaan dengan bahasa yang digunakan oleh suku Karo di Sumatera Utara.
Secara historis dan linguistik, bahasa Gayo termasuk dalam kelompok Bahasa Austronesia.
meskipun terdapat variasi dalam pengucapan di berbagai wilayah yang didiami oleh suku Gayo.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Dengan keempat ciri khas ini, suku Gayo memancarkan pesona dan keunikan budaya mereka kepada dunia.
Dari tarian-tarian yang memukau hingga tradisi lisan yang sarat makna.
Suku Gayo terus mempertahankan warisan nenek moyang mereka