PAGARALAMPOS.COM - Ramalan Jayabaya keturunan Raja Kediri pada abad ke-12 menjadi bagian penting warisan budaya Jawa yang menjadi daya tarik masyarakat Indonesia.
Ramalan ini mencakup gambaran masa depan Indonesia, dengan penekanan khusus pada munculnya Ratu Adil, seorang pemimpin yang diharapkan dapat membawa keadilan dan kesejahteraan bagi negara.
Ratu Adil, dikenal sebagai penyelamat di masa-masa kelam yang ditandai dengan ketidakadilan, kemiskinan, kekerasan dan moralitas yang buruk.
BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau
Namun, siapakah sebenarnya Ratu Adil itu? Apakah ia telah muncul atau masih menunggu saatnya? Apakah ia individu konkret atau simbol kolektif? Apakah ia berasal dari kalangan raja, ulama, atau rakyat biasa? Apakah ia menganut agama Islam, Hindu, Budha, atau Kristen? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Berbagai kitab kuno seperti Kitab Musarar, Sabdapalon, dan Serat Kalatidha memberikan petunjuk-petunjuk tentang ciri-ciri dan tanda-tanda kemunculan Ratu Adil.
Namun, kitab-kitab ini seringkali tidak konsisten dan bersifat metaforis, memerlukan penafsiran hati-hati.
Salah satu ciri yang sering disebutkan adalah tahi lalat atau bintik hitam di wajahnya.
BACA JUGA:Jelajahi petualangan seru di Situbondo melalui 11 destinasi wisata alam dan bangunan bersejarah
BACA JUGA:Penemuan Mencengangkan, Fakta Artefak Bersejarah dan Kerangka Manusia dari Kapal Perang Kuno
Ia juga disebut memiliki nama yang berhubungan dengan cahaya, seperti Nur, Cahya, atau Zainal.
Ratu Adil digambarkan sebagai sosok yang sederhana, rendah hati, dan dekat dengan rakyat.
Beberapa tokoh sejarah pernah dikaitkan dengan Ratu Adil, namun belum ada yang pasti.
Ini termasuk tokoh-tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Ki Hajar Dewantara, Sukarno, Soeharto, Gus Dur, hingga Joko Widodo.