BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
Suku Ponosakan juga memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Ponosakan, yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa Ponosakan memiliki beberapa dialek, seperti dialek Belang, dialek Ratatotok, dialek Tombatu, dan dialek Toulour.
Suku Ponosakan dikenal sebagai suku yang taat, rajin, dan bersahabat. Mereka juga dikenal sebagai suku yang pandai bercocok tanam, berkebun, dan berdagang.
Suku Ponosakan mayoritas menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Namun, mereka juga masih menghormati tradisi-tradisi leluhur mereka, seperti upacara adat, tarian, dan musik.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Profil Provinsi Sumatera Selatan, Melacak Jejak Sejarah dan Pesona Alamnya
Suku Ponosakan juga memiliki kuliner khas mereka sendiri, yang berbeda dengan suku Minahasa lainnya.
Beberapa makanan khas suku Ponosakan yang terkenal adalah nasi jagung (nasi yang dibuat dari jagung), sayur bunga pepaya, ikan roa bakar, dan sagu goreng.
Suku Ponosakan juga gemar mengonsumsi daging-daging eksotis, seperti ular, tikus, anjing, dan biawak.
Suku Sangir
Suku Sangir adalah suku bangsa yang mendiami pulau-pulau di sebelah utara Sulawesi Utara, yaitu Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud.
BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau
Suku Sangir juga memiliki hubungan dekat dengan suku Bantik dan suku Talaud, yang juga berasal dari orang-orang Austronesia.