Pertempuran sengit antara Tumapel dan Kadiri terjadi di desa Genter pada tahun 1222.
Kertajaya, penguasa Kadiri, menghadapi kekalahan, mengakhiri era Kadiri dan meneguhkan kekuasaan Ken Arok di Jawa Timur.
Ken Arok yang sebelumnya memakai gelar Akuwu mengangkat dirinya sebagai Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Tragedi Keturunan dan Kematian
Meskipun berhasil membangun kerajaan yang kuat, hidup Ken Arok tidak luput dari tragedi.
BACA JUGA:Inilah 6 Film Horor Indonesia di November, No 2 Film Kultus Iblis Seremm
Anusapati, putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung, merasa diabaikan dan mengetahui bahwa ia adalah anak tiri.
Dengan bantuan Keris Mpu Gandring, Anusapati membunuh Ken Arok pada tahun 1247 Masehi.
Peristiwa ini, yang tercatat dalam naskah Pararaton dan diperkuat oleh Prasasti Mula Malurung (1255), menggambarkan kematian Ken Arok sebagai sesuatu yang tidak wajar.
Prasasti menyebutnya sebagai Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana, memberikan warna misterius pada perjalanan hidupnya.
Ken Arok, dengan kehidupan yang penuh intrik, ambisi, dan tragedi, menjadi pahlawan dan legenda dalam sejarah Nusantara.
Dari latar belakang yang rendah, ia mampu mengukir namanya dalam sejarah sebagai pendiri Kerajaan Tumapel.
Kisah hidupnya mengajarkan kita tentang kekuatan ambisi, ketabahan, dan konsekuensi dari setiap tindakan.
Hingga hari ini, kenangan Ken Arok masih hidup melalui cerita dan warisan budaya yang dilestarikan.
Sebuah ambisi dan kemerdekaan epik di tanah Jawa yang tetap menginspirasi dan memberikan pemahaman tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mengukir masa depan.*