Mengulik Tradisi Unik dan Menarik Dalam Ritual Kematian Suku Toraja

Kamis 08-08-2024,08:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Suku Toraja, sebuah komunitas etnis yang terletak di pegunungan Sulawesi Selatan, Indonesia, telah lama terkenal dengan tradisi kematian yang unik dan mendalam.

Salah satu praktik terpenting dalam budaya Toraja adalah tradisi duduk untuk orang mati, sebuah ritual yang kaya  makna dan warisan leluhur yang telah lama ada.

Meski sebagian besar anggota sukunya beragama Kristen, namun tradisi ini terus berlanjut dan masih ada hingga saat ini dalam agama leluhur (aluk todolo).

Tradisi penempatan jenazah pada suku Toraja tidak berlaku bagi seluruh jenazah atau anggota suku.

Hanya mereka yang berasal dari kasta bangsawan yang memiliki hak istimewa untuk menjalani ritual ini.

Ini adalah tanda penghormatan yang tinggi terhadap anggota masyarakat yang berasal dari strata sosial tertinggi dalam budaya Toraja.

Pakaian dan Perhiasan Kebesaran

Seorang suku Toraja yang telah meninggal dari kasta bangsawan akan didudukkan mayatnya. Mayat tersebut akan disiapkan dengan pakaian kebesaran berwarna putih.

Warna putih ini mempunyai arti simbolis yang mendalam, menggambarkan bahwa almarhum/almarhumah berasal dari strata sosial tertinggi dalam masyarakat Toraja.

Selain itu, mayat juga akan diberi perhiasan terbaik yang pernah dikenakan selama hidupnya.

Tiga Hari Peringatan

Selama tiga hari, mayat yang telah didudukkan akan ditempatkan di dalam rumah. Selama periode ini, sanak keluarga, kerabat, dan warga yang datang melayat akan berkumpul di sekitarnya.

Mereka akan duduk, berbincang, dan merayakan kehidupan almarhum/almarhumah seolah-olah orang tersebut masih hidup.

Ini adalah cara untuk mengenang dan menghormati orang yang telah meninggal, serta menguatkan ikatan sosial di antara anggota komunitas Toraja.

Persiapan untuk Rambu Solo'

Kategori :