Tubuhnya bersimbah darah dan ia tewas seketika secara mengenaskan. ”Ha..ha..ha..ternyata kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesaktianku.” Si Mata Empat senang, dan merasa puas.
BACA JUGA:Bikin Ga Nikmat, Inilah tradisi Aneh Pernikahan di Suku Indonesia, Cek ada Ga Suku kalian!
Ia bisa membuktikan pada semua orang, dirinyalah yang lebih sakti dari Si Pahit Lidah. Namun rasa ingin tahunya muncul, mengapa lawannya itu mendapat julukan Si Pahit Lidah?
Benarkah lidahnya memang pahit? Lalu karena penasaran, ia cucukkan jarinya ke dalam mulut Si Pahit Lidah yang sudah mati itu.
Setelah itu, dicecapnya jarinya sendiri yang sudah terkena liur di Pahit Lidah.
BACA JUGA:Mau Tau Sejarah Kerajaan Kuno Yang Istananya di Hutan Jati Lamongan? Simak Penjelasannya Disini! ”Benar, rasanya pahit sekali. Rasanya lebih pahit dari akar brotoali.” Rupanya itu racun yang mematikan. Si Mata Empat pun mengerang-erang kesakitan memegangi tenggorokannya.
Tapi apa mau dikata. Racun tersebut telah menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dan seketika itu juga tubuhnya membiru. Maka Si Mata Empat pun juga tewas di tempat yang sama.
Akibat terlalu sombong dan angkuh. Merasa dirinya paling hebat di dunia ini, padahal masih ada yang lebih hebat sejagat raya ini yaitu Allah SWT.
Kedua jawara ini lalu dimakamkan oleh penduduk setempat di tepi Danau Ranau yang menjadi saksi sejarah pertarungan antara Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.