PAGARALAMPOS.COM - Suku Mosuo, juga dikenal sebagai Suku Na, merupakan kelompok etnis kecil yang tinggal di provinsi Yunnan dan Sichuan, Tiongkok.
Di suku ini, perempuan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada laki-laki, menjadikan mereka penguasa segalanya.
Dalam budaya Mosuo, peran laki-laki sangat terbatas dan kurang dianggap penting.
Mereka tidak memiliki hak atas anak maupun harta, dan tugas mereka sebatas pekerjaan kasar seperti menyangkul sawah, mengubur mayat, dan membangun rumah.
BACA JUGA:Kisah Legenda Gunung Slamet, Dari Gunung Agung hingga Kunci Pulau Jawa, Simak Ceritanya!
Sebagai kontras, perempuan memiliki kebebasan untuk tidur dengan banyak pria secara berganti-ganti tanpa harus adanya ikatan pernikahan.
Tradisi "Walking Marriage" yang unik di suku Mosuo memungkinkan perempuan untuk memilih dan mengganti pasangan seksual tanpa perlu adanya pernikahan resmi.
Pria yang tertarik pada seorang wanita harus memasuki rumahnya melalui jendela atau pintu belakang, dan jika wanita tersebut menerima, mereka akan melanjutkan hubungan tanpa status pernikahan. Pernikahan dan ikatan resmi tidak ada dalam budaya Mosuo ini.
Meskipun pemerintah telah mendorong perubahan kebiasaan suku Mosuo sejak tahun 1970, tradisi mereka masih tetap bertahan hingga saat ini.
BACA JUGA:Rahasia Gunung Kerinci, Menguak Keberadaan Uhang Pandak dan Misteri Kaki Terbalik
Kehidupan sosial yang unik ini diduga berasal dari pilu masa lalu para wanita Mosuo, di mana suami mereka sering meninggalkan untuk melakukan perjalanan jauh dan tidak kembali.
Karena itu, wanita-wanita Mosuo memilih untuk tidak terikat dalam ikatan resmi dengan pria dan mempertahankan kebebasan seksual mereka.
Suku Mosuo, juga dikenal sebagai Suku Na, memiliki budaya yang unik dan membedakannya dari kebanyakan suku dan negara lain di dunia.
Matriarki menjadi landasan dalam kehidupan mereka, di mana perempuan menduduki kedudukan yang lebih tinggi daripada laki-laki.
BACA JUGA:Bukan Mitos atau Mitologi Semata, Aji Saka adalah Raja di Kerajaan Ini, Simak Ulasannya