“Pada 1920-an, rumah sakit ini sudah mulai beroperasi. Terbesar di masanya,” ucapnya ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Rumah sakit itu lanjut Mady, berdiri di lahan sangat luas. Dari kawasan Koramil Lama-sekarang sampai dengan belakang PU.
Di lahan inilah, berdiri bangunan-bangunan yang peruntukannya sudah jelas, layaknya sebuah rumah sakit modern. Mulai dari ruang perawatan, ruang pemeriksaan, kantor, rumah dinas dokter dan perawat ada di sana.
Dua kawasan ini dulu dihubungkan dengan sebuah jembatan besi, membentang di atas Sungai Betung. Sehingga, aktivitas atau gerak dari atau menuju Koramil Lama ke belakang PU sangat cepat.
BACA JUGA:Ternyata Kota Pagar Alam Dari Dulu Jadi Rebutan Penguasa, Apa yang Mereka Cari?
Adapun nama Juliana atau dengan ejaan lama disebut Djuliana kata Mady, diambil dari nama Ratu Belanda. Nama ini diambil kemungkinan untuk menghormati penguasa negeri Belanda saat itu.
Pembangun rumah sakit berharap, agar nama Juliana dikenal luas oleh warga di tanah besemah.
Saat beroperasi menurut Mady, rumah sakit itu mampu menampung pasien yang sangat banyak. Sebagian besar mereka adalah para pekerja perkebunan milik Belanda.
Sebagian lagi adalah penduduk lokal yang punya jabatan tinggi, misalnya pesirah.
BACA JUGA: Rahasia-rahasia Gubang Terukir di Ghumah Baghi, Pusaka Puyang
“Tapi penduduk biasa tetap dilayani,” tutur Mady dalam sebuah kesempatan wawancara beberapa waktu lalu.
Namun Aryo berpandangan lain. Kata dia, Central Hospital dibangun bukan hanya karena kemunculan wabah penyakit sebangsa kolera. Tapi lanjut dia, karena kolonial Belanda punya standar dalam membuat sebuah pemukiman.
“Belanda membangun pemukiman yang lengkap. Mulai dari fasilitas kesehatan,militer, sipil dari vital sampai hiburan ada,”katanya. Salahsatu tempat hiburan itu terletak di kawasan yang kini dikenal dengan Dempo Reokan (Dempor).
Adapun anggota Lembaga Adat Besemah, Satarudin Tjik Olah mengatakan, Central Hospital dibangun atas oleh 9 maskapai atau perusahaan perkebunan belanda yang berada di Tanah Besemah.
BACA JUGA:Gulai Ikan Patin Masuk ke Suku Besemah, Jejak Sejarah dan Perkembangannya
“Zaman itu di Tanah Besemah ini memang banyak perkebunan-perkebunan milik perusahaan. Ada perkebunan teh, kopi, karet dan kina,” ucap Satar dalam sebuah kesempatan wawancara beberapa tahun lalu.