Peningkatan stres, pola makan yang buruk, dehidrasi, konsumsi jenis alkohol tertentu, memiliki gangguan tidur, perubahan hormonal, dan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi faktor penyebabnya.
Perubahan cuaca dan paparan cahaya yang terang dan berdenyut adalah faktor lingkungan dapat menyebabkan bahkan memperburuk sakit kepala.
Seseorang mungkin berisiko lebih tinggi untuk jenis tertentu dari Cephalgia primer, tergantung pada usia dan jenis kelamin.
Sedangkan Cephalgia sekunder dapat disebabkan oleh tumor otak, infeksi, pendarahan otak, cedera atau trauma pada leher atau otak, atau kondisi medis lainnya.
BACA JUGA:Ayo Aktifkan Kartu KIS yang Tidak Aktif Dari Pemeintah, Inilah Caranya
Cephalgia sekunder juga bisa menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, sleep apnea, keracunan karbon monoksida, kekurangan oksigen (hipoksia), dan penggunaan narkoba atau alkohol.
Cephalgia primer umumnya akut, terjadi tiba-tiba untuk waktu yang relatif singkat. Di antara beberapa jenis cephalgia akut, sakit kepala tegang dan migrain adalah yang paling umum.
Sakit kepala tegang ditandai dengan rasa sakit ringan atau sedang di sekitar seluruh kepala, mirip dengan sensasi pita elastis yang kencang di sekitar kepala.
Ini dapat diobati dengan istirahat, hidrasi, dan obat penghilang rasa sakit tanpa resep, seperti asetaminofen atau ibuprofen.
BACA JUGA:Dukung Pam Nataru, PUPR Perbaiki Kerusakan Jalan Wisata Kebun Teh
Sakit kepala migrain disebabkan oleh kepekaan terhadap gerakan, cahaya, atau pemicu lainnya.
Selain rasa sakit, gejala migrain lainnya bisa berupa kelelahan, mual, pusing, gangguan penglihatan, dan lekas marah.
Beristirahat di tempat yang gelap dan tenang, pijat, aplikasi kompres panas atau dingin, dan obat pereda nyeri dapat membantu meringankan migrain.
Cara Mencegah Cephalgia.
Secara umum, perawatan pencegahan diindikasikan ketika:
Ada tiga atau lebih serangan migrain dalam sebulan,