Leong putu
Tidak peduli sandal itu hitam atau putih. Yang penting kanan kiri. /Leong Putu
Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
Para pemimpin dunia belajar meraih dukungan massa dari seorang tukang becak Indonesia secara tidak langsung. Maksudnya gimana? Dulu ada tukang becak berhasil "ngeprank" Presiden Sukarno dan para pejabat. Tukang becak berhasil menjual angan angan kepada presiden Sukarno dan para pejabat waktu itu. Tukang becak itu mengaku sebagai raja Idrus dan bawa permaisuri ratu markonah (seorang psk). Angan angan apa yg dijual? Dia mengaku sebagai raja suku anak dalam dan mempunyai banyak emas. Dia mau menyumbangkan emas emas itu kepada Presiden Sukarno untuk biaya perjuangan merebut irian barat yg waktu itu masih dikuasai Belanda. Presiden Sukarno pun terpikat dan mengundangnya ke istana. Begitu juga banyak pejabat yg mengundangnya. Tentu saja dikasih fisilitas VVIP. Akhirnya beberapa waktu kemudian, Raja idrus dan ratu markonah ketahuan berbohong dan di penjara 9 bulan dan si ratu palsu dipenjara 6 bulan. Itulah teknik jualan angan angan.Karena teknik ini telah digunakan oleh manusia sejak dulu.Dan nyatanya banyak yg berhasil walau ada juga yg gagal. Presiden Donald trump menjual angan angan dengan maga (make america great again). Akhirnya jadi presiden. Kalau xi jinping lebih ulung lagi. Apa jualannya untuk jadi presiden lagi?Hanyalah dia yg mampu membawa ekonomi China mengalahkan america dan membawa china menjadi negara superpower dunia mengalahkan america. Yang lain tidak ada yang mampu. Akhirnya jadi presiden lagi. Itulah ilmu cara memikat. Hanya pengamatan pribadi. Sekian.
edi hartono
M. Abduh dulu pernah menulis: "Aku pergi ke negara barat, kudapati islam namun tidak kulihat muslim. Sebaliknya aku ada di timur, kudapati banyak muslim, tetapi tidak kulihat islam." Aku di sini, di negara yg mengutamakan asas gotong royong, tetapi tidak kulihat gotong royong di sini, terjadi sporadis saja, sesekali saja, tidak berkelanjutan, tidak menghasilkan perubahan mendasar. Aku baca Disway, tentang negara komunis, kutemukan gotong royong di sana, dilaksanakan nyata di sana, menghasilkan karya besar di sana, memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Apa itu gotong royong. Sebagian tentu setuju dengan contoh ini: satu desa membangun jalan dan semua warga datang gotong royong. Itu benar, gotong royong juga, grubyak-grubyuk, bareng2, rame2, pekerjaan selesai. Namun alangkah lebih produktifnya gotong royong jenis Wenzhou itu. Ada spesialisasi, menghasilkan manusia2 berketerampilan tinggi, hasilnya adalah produktivitas tinggi yg berkelanjutan, ujungnya adalah kesejahteraan bagi masyarakatnya. Semoga pak camat dan pak lurah se-Indonesia membaca ini dan terinspirasi melaksanakan ini di wilayahnya masing2. Setan bertanduk merah berbisik2: "What? Ngimpi Lu? Jangan berharap. Jabatan kan sebentar saja. Sebentar lagi habis masa jabatan, modal nyalon belum balik. Mikirin balik modal dulu lah. Lagian kalau itu berhasil yg enak yg dapat jabatan selanjutnya dong? Lebih baik persiapan buat pilihan selanjutnya saja lah, biar terpilih lagi." wkwk
Mirza Mirwan
Qilái!búyuàn zuò núlì de rénmen Bã women de xièròu zhùchéng xīnde chéngcheng Zhōnghuá mínzú dào le zìer wēixiăn de shíhòu Měige rén bèipòzhe fāchù zùihòude hôushēng Qilái! Qilái! Qilái! ..... Sepuluh hari yang lalu, 16/10, Si Kecil (putri saya) tertawa tergelak-gelak bersama adik sepupunya ketika saya ikut menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok, waktu nonton siaran langsung pembukaan Kongres Nasional PKT ke-20 lewat CGTN. Saya memang hapal lagu kebangsaan berbagai negara. Tetapi yang, menurut saya, liriknya begitu "menggugah" adalah "anthem" milik Tiongkok. Sayangnya, di zama Mao Zedong, lagu kebangsaan itu disalahgunakan untuk mengkultuskan dirinya, terutama zaman Revolusi Kebudayaan. Untunglah, sejak era Deng Xiaoping dan seterusnya, sampai sekarang, lagu kebangsaan tersebut benar-benar digunakan untuk memotivasi rakyat Tiongkok untuk bersama pemerintah membangun Tiongkok. Coba perhatikan lirik yang saya kutip di atas; Bangkitlah wahai kalian yang tak mau diperbudak! Dengan darah dan daging kita bangun tembok-besar kita yang baru Bangsa Tiongkok sudah sampai di masa tergentingnya Setiap orang harus mrngeluarkan teriakan terakhirnya Bangkit! Bangkit! Bangkit! ......
Budi Utomo
Setuju koh Liang. Ibarat pepatah hujan emas di negeri orang tapi lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Wkwkwk. Kadang saya ga tau yang bikin pepatah ini apa ga tau bahwa emas dan batu itu bila kena kepala apa kita ga langsung tewas. Wkwkwk. Ini juga pepatah ngawur kali ya. Tapi ya kita tahu maksud baik pepatah tersebut. Bagaimanapun di sinilah kita lahir dan berlindung di hari tua. Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala tetap dipuja-puja bangsa. Di sana tempat lahir beta. Dibuai dibesarkan Bunda. Tempat berlindung di hari tua. Sampai akhir menutup mata.
EVMF