Pemkot PGA

Angkul-Angkul Bali: Evolusi Gerbang Tradisional dari Budaya Leluhur hingga Desain Kontemporer

Angkul-Angkul Bali: Evolusi Gerbang Tradisional dari Budaya Leluhur hingga Desain Kontemporer

Angkul-Angkul Bali: Evolusi Gerbang Tradisional dari Budaya Leluhur hingga Desain Kontemporer-Foto: net -

PAGARALAMPOS.COM - Rumah adat Angkul-Angkul merupakan bagian penting dari arsitektur tradisional Bali. Meski ukurannya tidak sebesar bangunan utama, struktur ini memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang kuat.

Angkul-Angkul berfungsi sebagai pintu gerbang utama sebuah pekarangan dan menjadi simbol identitas, kepercayaan, serta status sosial pemilik rumah sejak zaman dahulu.

Asal Usul dan Makna Filosofis

Angkul-Angkul memiliki keterkaitan erat dengan tradisi arsitektur Bali kuno yang berkembang dari budaya Hindu dan kehidupan masyarakat agraris.

Secara harfiah, “Angkul-Angkul” berarti pintu masuk yang diberi atap. Bentuknya menyerupai gapura kecil dengan atap yang biasanya terbuat dari alang-alang, ijuk, genteng tradisional, atau sirap kayu.

Dalam kultur masyarakat Bali, pekarangan dianggap sebagai ruang yang harus dijaga kesuciannya. Karena itu, Angkul-Angkul tidak hanya menjadi jalur keluar masuk, tetapi juga diyakini sebagai pelindung simbolis yang menjaga pekarangan dari energi buruk.

BACA JUGA:Sejarah Jembatan Merah: Saksi Perjuangan dan Perubahan Kota Surabaya!

Di bagian depannya sering ditempatkan canang sari sebagai tanda penghormatan pada Sang Hyang Widhi.

Struktur dan Ciri Khas Angkul-Angkul

Struktur Angkul-Angkul umumnya dibangun dari batu bata merah, batu paras, atau kayu jati. Dua pilar kokoh berdiri di sisi kanan dan kiri untuk menahan atap.

Pada masa lalu, keluarga bangsawan atau tokoh masyarakat biasanya menambahkan ukiran detail dengan motif flora, fauna, hingga kisah epos Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata.

Keindahan ukiran dan bentuk bangunan Angkul-Angkul sering kali mencerminkan kedudukan sosial pemiliknya. Pada era Bali kuno, desain yang megah dan penuh ornamen umumnya dimiliki kalangan bangsawan atau pemuka adat.

BACA JUGA:Sejarah Jembatan Cirahong: Ikon Peninggalan Kolonial di Perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis!

Perkembangan dari Masa ke Masa

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait