Pemkot PGA

Di Balik Merdeka 17 Agustus, Ada Fakta Mengejutkan yang Jarang Dibicarakan!

Di Balik Merdeka 17 Agustus, Ada Fakta Mengejutkan yang Jarang Dibicarakan!

Di Balik Merdeka 17 Agustus, Ada Fakta Mengejutkan yang Jarang Dibicarakan!--

PAGARALAMPOS.COM - Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 selalu diperingati dengan upacara dan rasa bangga di seluruh penjuru negeri namun di balik momen sakral itu ternyata ada banyak fakta mengejutkan yang jarang diketahui publik. 

Proklamasi tidak berlangsung di istana atau gedung megah melainkan di sebuah rumah sederhana di Jalan Pegangsaan Timur 56 milik sahabat Bung Karno bernama Faradj Martak seorang pengusaha keturunan Arab. 

Rumah itu dipilih karena dianggap aman dan jauh dari pengawasan ketat tentara Jepang yang saat itu masih bercokol di Jakarta. 

Bung Karno dan Bung Hatta datang pagi-pagi dan membacakan teks proklamasi tanpa mikrofon tanpa mimbar dan tanpa kemegahan.

BACA JUGA:Sejarah Bukan Buat Orang Tua! Ini Cara Seru Anak Muda Ngulik Zaman Dulu

Lebih mengejutkan lagi teks proklamasi yang menjadi dasar lahirnya negara ini ditulis dalam waktu singkat hanya sekitar lima belas menit oleh Bung Karno Bung Hatta dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Maeda. 

Penulisan dilakukan secara tergesa-gesa karena waktu sangat mendesak dan suasana mencekam sebab Jepang sudah kalah perang dan kekuatan Sekutu diperkirakan akan segera masuk ke Indonesia. 

Setelah disusun teks tersebut diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kecil terutama pada bagian ejaan dan susunan kalimat. 

Kertas naskah itu kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia tanpa daftar panjang nama tokoh lain.


Di Balik Merdeka 17 Agustus, Ada Fakta Mengejutkan yang Jarang Dibicarakan!--

Uniknya tidak semua rakyat langsung tahu bahwa Indonesia sudah merdeka karena keterbatasan media saat itu membuat berita penyebaran proklamasi berjalan lambat dan manual. 

Radio Jepang sempat menolak menyiarkan kabar kemerdekaan karena belum ada instruksi dari pemerintah pusat Tokyo sehingga para pejuang harus merebut stasiun radio dan menyiarkan kabar itu secara paksa. 

Salah satu tokoh penting dalam penyebaran berita ini adalah Syahrudin seorang pegawai radio yang diam-diam menyalin siaran proklamasi dan menyebarkannya ke jaringan radio di daerah. 

Ia mempertaruhkan nyawanya demi memastikan bahwa seluruh rakyat tahu bahwa penjajahan telah berakhir dan Indonesia telah merdeka.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait