Pemkot PGA

Proyek Benteng dan Politik Etis Warisan Dua Wajah dari Masa Kolonial

Proyek Benteng dan Politik Etis Warisan Dua Wajah dari Masa Kolonial

--

Di balik deru zaman dan modernitas yang terus menggulung sejarah, ada satu bab penting dalam narasi kolonial Hindia Belanda yang sering terlewatkan. 

Ia bukan sekadar proyek infrastruktur atau kebijakan belas kasih; ia adalah wajah ganda dari kolonialisme Proyek Benteng dan Politik Etis.

Keduanya lahir dari kebutuhan dan kepentingan yang berbeda, namun beroperasi dalam panggung yang sama tanah jajahan, yang satu bersifat fisik, pertahanan. 

Yang satu lagi bersifat ideologis, pencitraan moral. Namun keduanya disadari atau tidak menjadi fondasi yang meninggalkan jejak panjang dalam pembangunan dan politik Indonesia modern.

BACA JUGA:Bikin Kagum! Sejarah Bukit Cinta Tempat Damai Dengan Cerita Rakyat Penuh Makna

 

Proyek Benteng, atau pembangunan benteng-benteng pertahanan oleh Belanda, dimulai pada masa VOC dan berlanjut hingga zaman Hindia Belanda. 

Dari Fort Rotterdam di Makassar hingga Benteng Vastenburg di Solo, bangunan-bangunan ini dibangun bukan hanya untuk menahan serangan dari luar, tapi juga untuk menekan pemberontakan dari dalam.

Benteng adalah simbol paranoia kolonial. 

Ketakutan bahwa kekuasaan yang diperoleh dengan senapan dan perjanjian tipu muslihat itu sewaktu-waktu bisa runtuh oleh rakyat yang muak. 

BACA JUGA:Terungkap! Fakta-Fakta Menarik Tentang Sejarah Mataram Kuno yang Jarang Diketahui

Mereka tidak dibangun dengan semangat kooperatif, melainkan represif. 

Setiap batu yang disusun di dinding benteng adalah batu ketakutan bukan persatuan.

Namun ironisnya, benteng-benteng ini kini menjadi destinasi wisata sejarah. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait