Pemkot PGA

Menyikapi Sejarah Prasasti Karang Berahi: Jejak Kejayaan Masa Lalu di Tanah Jambi!

Menyikapi Sejarah Prasasti Karang Berahi: Jejak Kejayaan Masa Lalu di Tanah Jambi!

Menyikapi Sejarah Prasasti Karang Berahi: Jejak Kejayaan Masa Lalu di Tanah Jambi!-net:foto-

PAGARALAMPOS.COM - Indonesia adalah negeri yang kaya akan peninggalan sejarah, dan salah satu bukti penting dari peradaban masa lalu adalah keberadaan prasasti-prasasti kuno yang tersebar di berbagai wilayah.

Di antara sekian banyak prasasti yang ditemukan, Prasasti Karang Berahi menempati posisi yang cukup penting dalam sejarah perkembangan kerajaan-kerajaan kuno di Sumatera.

Penemuan dan Lokasi

Prasasti ini ditulis di atas batu andesit dan berukuran sedang, dengan tinggi sekitar satu meter dan lebar sekitar 80 sentimeter.

BACA JUGA:Jejak Sejarah di Museum Bahari: Menyimpan Koleksi Maritim Langka dari Masa ke Masa

Tulisan yang terukir pada batu tersebut menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta, dua unsur khas yang umum digunakan dalam prasasti-prasasti peninggalan abad awal masehi di Nusantara.

Kandungan Isi Prasasti

Prasasti ini menyebutkan nama seorang penguasa dari Kerajaan Melayu, yang merupakan cikal bakal dari Kerajaan Dharmasraya dan kemudian berkembang menjadi bagian penting dari Sriwijaya.

Dalam prasasti ini, sang raja menegaskan otoritasnya atas wilayah tersebut dan memperingatkan bahwa mereka yang melanggar aturan atau berkhianat akan mendapat kutukan.

BACA JUGA:Sejarah Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto: Dari Kerja Paksa Kolonial hingga Warisan Dunia UNESCO!

Bentuk kutukan ini merupakan simbol kekuasaan raja sebagai perwakilan dewa di bumi, sebuah konsep yang lazim dalam sistem pemerintahan Hindu-Buddha pada masa itu.

Selain peringatan keras, prasasti ini juga mencerminkan adanya sistem hukum dan pemerintahan yang sudah mapan.

Penggunaan bahasa Sanskerta menunjukkan tingkat pendidikan tinggi di kalangan elit istana.

Sementara aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan menandakan kuatnya pengaruh budaya India dalam administrasi dan keagamaan pada masa itu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait