Tenun Gringsing: Kain Suci Sebuah Warisan Budaya Bali
Tenun Gringsing: Kain Suci Sebuah Warisan Budaya Bali--Net
Minyak kemiri juga berfungsi untuk memberikan kilau, membuat benang lebih lembut, serta melindungi dari kerusakan serat.
BACA JUGA:Mengungkap Makna Kain Ulos: Warisan Leluhur dan Identitas Suku Batak
Proses perendaman umumnya berlangsung antara 40 hari hingga maksimal satu tahun.
Air rendaman akan diganti setiap 25 hingga 49 hari sekali.
Setelah direndam, benang diangkat dari cairan kemiri dan dikeringkan secara alami dengan bantuan angin.
Benang yang telah kering kemudian dikelompokkan untuk membuat pola motif dengan mengikat beberapa bagian kain menggunakan tali rafia hingga membentuk desain yang diinginkan.
BACA JUGA:Penemuan Mengejutkan: Jejak Nikotin dan Kokain dalam Mumi Mesir Kuno
Ikatan menggunakan dua warna untuk menandai dua warna motif yang berbeda.
Karena umumnya, kain gringsing memiliki tiga warna; dua warna motif dan satu warna dasar.
Kain yang telah diikat selanjutnya dicelupkan ke dalam warna awal yang merupakan warna dasar, yaitu biru.
Proses pencelupan warna biru tidak dapat dilakukan di setiap desa karena mengikuti pedoman tradisi.
BACA JUGA:Model Rambut Curly Shag – Gaya Bergelombang dengan Lapisan Tak Simetris, Terkesan Effortless!
Oleh karena itu, kain tersebut dibawa ke Desa Bugbug untuk proses pencelupan biru yang menggunakan pewarna alami dari tape, pisang, dan daun taum (indigo).
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
