Dibalik Pesona Keindahan Gunung Patuha. Ada Misteri yang Menyelimutinya. Yuk Kita Selami!

BACA JUGA:Mengupas Sejarah dan Keajaiban Alam Gunung Patuha di Bandung

Anda juga bisa berkendara melalui Jalan Kopo atau Jalan Banjaran.

Anda juga bisa berkendara melalui tol Soloja dan turun di alun-alun tol Soreang.

Perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan raya provinsi menuju Ciwidey, berhenti tepat di depan gerbang wisata Kawah Putih.

Alternatif lain, jika ingin mengunjungi Gunung Patuha dari Desa Cipanganten, perjalanan dilanjutkan hingga menemukan pertigaan di dekat gerbang perkebunan teh Lankabari.

BACA JUGA:Mengenal Gunung Patuha: Keindahan dan Fakta Menarik yang Perlu Kamu Tahu

Jika terus menyusuri jalan ini maka akan sampai di kota Cianjur.

Ada beberapa gunung lain di dekat Gunung Patuha. Di sebelah utara adalah Gunung Batukorsi, di sebelah timur adalah Pasir Tanjakambima dan Gunung Ulug, dan di sebelah barat adalah kembarannya, Gunung Patuha 2 yang dikenal juga dengan nama Gunung Mait.

Nama Patuha berasal dari kata Sephu. Dalam bahasa Indonesia, “cepu” berarti “orang tua”, namun lambat laun berubah menjadi “patuha”.

Gunung Patuha runtuh pada abad ke-10 dan ke-12. Berabad-abad berlalu dan akhirnya terbentuklah kawah berbatu yang sering disebut Kawa Putih.

BACA JUGA:Memastikan Kepatuhan Pajak: Panduan Lengkap Pelaporan SPT Tahunan 2023

Alternatifnya, pasir dan air kawah berwarna putih kehijauan, dikelilingi tebing vulkanik, dan di beberapa tempat ditumbuhi lumut dan tumbuhan liar lainnya.

Kawasan pegunungan ini pernah dianggap sebagai tempat yang sangat seram dan misterius oleh penduduk setempat.

Bahkan sekawanan burung terbang ragu untuk melintasi puncak ini, dan jika mereka melakukannya, mereka akan mati.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di puncak Gunung Patuha terdapat tujuh makam leluhur yang namanya diawali dengan kata "Eyan" (Eyan Jaga Satoru, Eyan Langsa Sadhana, Eyan Kamat, Eyan Gabai, Eyan Balabak, Eyan Bascom, Eyan )). Giambrone).

Sumber: