Pemkot PGA

Menyingkap Luka Sejarah: Apartheid di Afrika Selatan dan Dampaknya bagi Jutaan Warg

Menyingkap Luka Sejarah: Apartheid di Afrika Selatan dan Dampaknya bagi Jutaan Warg

Menyingkap Luka Sejarah: Apartheid di Afrika Selatan dan Dampaknya bagi Jutaan Warg-Foto: net -

PAGARALAMPOS.COM - Di balik panorama indah Afrika Selatan, tersimpan luka sejarah mendalam yang bernama apartheid.

Kebijakan ini bukan sekadar diskriminasi, melainkan sistem rasisme yang dilegalkan dan berjalan hampir setengah abad.

Aturannya menempatkan warga kulit putih sebagai kelas utama, sementara masyarakat kulit hitam hidup dalam keterbatasan dan penindasan.

Resmi dimulai pada tahun 1948 saat Partai Nasional berkuasa, apartheid melahirkan berbagai undang-undang yang mengatur pemisahan berdasarkan ras.

Segala aspek kehidupan publik, mulai dari sekolah, transportasi, hingga pemukiman, dipisahkan untuk memastikan dominasi kulit putih.

BACA JUGA:Ketika Sejarah Indonesia Nyaris Punah: Kisah Pemberontakan yang Terlupakan

Warga kulit hitam bahkan kehilangan hak politik, dibatasi akses pendidikannya, serta dipaksa tinggal di wilayah khusus bernama bantustan.

Melawan sistem ini bukan perkara mudah.

Namun tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela, Desmond Tutu, dan banyak pejuang lainnya terus menyalakan api perlawanan, baik lewat aksi damai maupun perjuangan bersenjata.

Dunia internasional juga ikut menekan dengan sanksi ekonomi dan isolasi politik.

Meski demikian, penderitaan rakyat kulit hitam masih berlangsung hingga akhirnya pada awal 1990-an perubahan besar dimulai.

Langkah penting datang dari Presiden F.W. de Klerk yang mulai mencabut undang-undang apartheid.

BACA JUGA:Pulau Pandan: Surga Alam dengan Jejak Sejarah Belanda di Sumatera Barat

Tahun 1994 menjadi momen bersejarah ketika Nelson Mandela terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait