Sejarah Gunung Halau-Halau: Jejak Alam dan Budaya di Puncak Tertinggi Kalimantan Selatan!

PAGARALAMPOS.COM - Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan gunung dan pegunungan, baik yang aktif maupun tidak aktif.

Salah satu gunung yang menyimpan pesona sekaligus cerita sejarah menarik adalah Gunung Halau-Halau, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan.

Gunung ini merupakan puncak tertinggi di Kalimantan Selatan, sehingga keberadaannya sering disebut sebagai “atap Banua” atau atap Kalimantan Selatan.

Dengan ketinggian sekitar 1.901 meter di atas permukaan laut, Gunung Halau-Halau bukan hanya menjadi destinasi pendakian, tetapi juga bagian dari sejarah, budaya, dan identitas masyarakat setempat.

BACA JUGA:Menelusuri Gang Tua Penuh Cerita Kolonial yang Bikin Langkah Tak Mau Berhenti

Asal-Usul Nama Gunung Halau-Halau

Nama Halau-Halau diyakini berasal dari bahasa Banjar. Kata “halau” dalam bahasa Banjar berarti mengusir atau menolak.

Berdasarkan cerita lisan masyarakat setempat, gunung ini dinamakan Halau-Halau karena dipercaya sebagai tempat sakral yang mampu “menghalau” bencana dan roh-roh jahat.

Ada pula kisah lain yang menyebutkan bahwa nama tersebut muncul dari kondisi alamnya yang sering diselimuti kabut pekat, seolah-olah menghalau pandangan mata siapa pun yang berada di lerengnya.

BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Kerajaan Pengging: Jejak Peralihan Zaman dari Legenda hingga Spiritualitas Jawa!

Di kalangan masyarakat Dayak Meratus, gunung ini juga memiliki sebutan lain, yakni Gunung Besar, karena posisinya yang menjulang lebih tinggi dibandingkan gunung-gunung di sekitarnya dalam Pegunungan Meratus.

Sebutan ini menggambarkan penghormatan mereka terhadap puncak yang dianggap keramat dan memiliki hubungan erat dengan kehidupan spiritual.

Gunung Halau-Halau dalam Sejarah Lokal

Gunung Halau-Halau tidak bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat Dayak Meratus yang sejak ratusan tahun lalu mendiami kawasan pegunungan di Kalimantan Selatan.

Sumber: