Sejarah Sungai Kapuas: Urat Nadi Kehidupan, Peradaban, dan Identitas Kalimantan Barat!
Sejarah Sungai Kapuas: Urat Nadi Kehidupan, Peradaban, dan Identitas Kalimantan Barat!-net:foto-
BACA JUGA:Dari Medan Perang Jadi Taman Damai Tempat Keluarga Berjalan Tenang
Arus airnya yang panjang membuat sungai ini menjadi “urat nadi” perhubungan antarkampung, bahkan antarwilayah.
Perahu tradisional, yang disebut bandong atau perahu tambangan, digunakan untuk mengangkut barang dagangan, hasil hutan, hingga kebutuhan pokok sehari-hari.
Pada masa kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat, Sungai Kapuas berperan besar dalam perkembangan ekonomi dan politik.
Salah satu kerajaan besar yang berkembang di tepi sungai ini adalah Kerajaan Tayan, yang memanfaatkan sungai sebagai jalur perdagangan dan pertahanan.
BACA JUGA:Rahasia Benteng Tua yang Tetap Kokoh Meski Dihantam Waktu
Selain itu, sungai juga menjadi jalur penting dalam hubungan dengan pedagang luar, termasuk pedagang dari Tiongkok, Arab, dan Eropa.
Masa Kolonial Belanda
Ketika bangsa Eropa datang ke Nusantara, Sungai Kapuas menjadi salah satu jalur strategis yang mereka manfaatkan.
Kolonial Belanda menggunakan sungai ini sebagai sarana untuk memperluas kekuasaan dan mengangkut hasil bumi seperti karet, rotan, dan emas dari pedalaman menuju pelabuhan di Pontianak.
BACA JUGA:Dari Medan Perang Jadi Taman Damai Tempat Keluarga Berjalan Tenang
Pontianak sendiri, yang terletak di muara Sungai Kapuas, berkembang menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-18.
Belanda juga membangun pos-pos militer dan administrasi di sepanjang sungai untuk mengawasi pergerakan masyarakat serta menjaga kepentingan ekonomi mereka.
Hal ini menjadikan Sungai Kapuas tidak hanya sebagai jalur perdagangan, tetapi juga arena perebutan kekuasaan antara kerajaan lokal dengan pihak kolonial.
Sungai Kapuas dan Pontianak
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
