Balla To Kajang: Jejak Kesederhanaan dan Nilai Luhur dalam Arsitektur Tradisional
Balla To Kajang: Jejak Kesederhanaan dan Nilai Luhur dalam Arsitektur Tradisional-Foto: net -
BACA JUGA: Mengapa Aceh Sulit Dijajah Belanda? Fakta Sejarah yang Jarang Diketahui
BACA JUGA:Pulau Pandan: Surga Alam dengan Jejak Sejarah Belanda di Sumatera Barat
Rotan sebagai pengikat konstruksi
Ciri khas lain yang tak kalah penting adalah warna hitam yang mendominasi bangunan. Warna tersebut dipercaya melambangkan keteguhan hati, kesahajaan, serta penghormatan kepada leluhur.
Struktur Ruangan dan Fungsinya
Umumnya, rumah ini memiliki tiga bagian utama:
Kolong rumah: Tempat menyimpan kayu bakar dan peralatan bertani.
Ruang tengah (bale-bale): Area utama untuk tidur, berkumpul, dan menyimpan barang-barang penting.
Tidak seperti rumah modern, Balla To Kajang tidak memiliki banyak sekat. Satu ruang besar digunakan bersama, mencerminkan nilai kebersamaan dan kesetaraan antar penghuni.
Makna Simbolis
Setiap bagian Balla To Kajang menyimpan makna filosofis, di antaranya:
BACA JUGA:Sejarah Monumen Dharma Yudha Mandala: Jejak Perjuangan Rakyat Ende dalam Menjaga Keutuhan NKRI!
BACA JUGA:Ketika Sejarah Indonesia Nyaris Punah: Kisah Pemberontakan yang Terlupakan
Tiang rumah: Melambangkan kekuatan dan kesinambungan hidup.
Atap sederhana: Tanda kerendahan hati serta kepasrahan kepada Tuhan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
