Sejarah Bukit Wairinding, Sumba: Hamparan Sabana yang Menyimpan Kisah Alam dan Budaya!
Sejarah Bukit Wairinding, Sumba: Hamparan Sabana yang Menyimpan Kisah Alam dan Budaya!-net: foto-
BACA JUGA: Jejak Sejarah dan Keagungan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Ikon Kota Jakarta yang Mendunia
Angin kencang, curah hujan musiman, dan kondisi tanah yang minim vegetasi besar membentuk lanskap khas sabana yang membentang sejauh mata memandang.
Bagi masyarakat Sumba Timur, wilayah ini bukan hanya ruang alam terbuka, tetapi juga bagian dari perjalanan sejarah mereka.
Sejak dahulu, sabana di Wairinding dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan kuda dan ternak.
Sumba memang terkenal dengan kuda-kudanya yang tangguh dan cepat, salah satunya kuda Sandelwood yang melegenda.
BACA JUGA: Jejak Sejarah dan Keagungan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Ikon Kota Jakarta yang Mendunia
Padang sabana ini menjadi tempat ideal untuk melatih kuda karena luas, bebas hambatan, dan memiliki medan bergelombang yang melatih ketangkasan.
Selain sebagai penggembalaan, kawasan ini juga memiliki peran penting dalam jalur perjalanan masyarakat antarkampung.
Warga sering melintasi perbukitan Wairinding untuk berdagang atau bertukar hasil bumi, sehingga bukit ini menjadi saksi aktivitas ekonomi dan sosial sejak masa lampau.
Nilai Budaya dan Tradisi
BACA JUGA: Menyingkap Makna Patung Arjuna Wijaya: Simbol Epik Mahabharata di Pusat Jakarta
Masyarakat Sumba dikenal memegang teguh tradisi dan adat istiadat.
Bukit Wairinding pun memiliki kaitan erat dengan budaya lokal, meskipun tidak seterkenal situs megalitikum atau kampung adat.
Bagi sebagian warga, perbukitan ini dianggap sebagai anugerah alam yang perlu dijaga kesuciannya.
Ada aturan tak tertulis untuk tidak merusak vegetasi asli dan tidak membuang sampah sembarangan di kawasan sabana.
Beberapa upacara adat juga dilakukan di sekitar wilayah ini, seperti ritual pemberkatan ternak sebelum musim kemarau panjang.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
