Pemkot PGA

Jejak Tradisi dan Kehidupan Suku Abui, Penjaga Pegunungan Alor yang Kuat

Jejak Tradisi dan Kehidupan Suku Abui, Penjaga Pegunungan Alor yang Kuat

Jejak Tradisi dan Kehidupan Suku Abui, Penjaga Pegunungan Alor yang Kuat-Foto: net -

Pemimpin adat atau tetua kampung memiliki peran sentral dalam mengelola kehidupan sosial, menyelesaikan konflik, dan memimpin upacara adat. Keputusan penting seperti pernikahan, pembukaan lahan pertanian, serta pembangunan rumah biasanya diambil melalui musyawarah bersama para sesepuh.

Rumah Adat dan Kehidupan Sehari-hari

Rumah adat khas suku ini disebut Fala Foka, yakni rumah panggung dengan atap daun alang-alang dan dinding bambu.

Rumah ini terdiri dari empat tingkat yang masing-masing memiliki fungsi berbeda, seperti ruang tamu, dapur, tempat penyimpanan hasil panen, dan ruang khusus untuk menyimpan benda-benda sakral seperti moko atau pusaka.

Desa Takpala merupakan contoh kampung tradisional yang masih mempertahankan rumah adat ini secara utuh, dan menjadi tujuan wisata budaya karena kehidupannya yang masih sangat kental dengan tradisi.

BACA JUGA:Sejarah Majapahit Tak Pernah Lengkap, Ini Alasannya

BACA JUGA:Suku Aru dan Warisan Bahari: Menyingkap Sejarah Peradaban Tua di Ujung Timur Nusantara

Kepercayaan dan Nilai Spiritual

Sebelum mengenal agama-agama besar, masyarakat Abui menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, yang meyakini bahwa unsur alam seperti matahari, bulan, hutan, dan laut memiliki roh yang harus dihormati.

Dewa tertinggi mereka dikenal dengan nama Nayang Lahatala, yang dianggap penguasa alam semesta.

Seiring masuknya agama Kristen Protestan pada awal abad ke-20, banyak yang memeluk agama tersebut, namun nilai-nilai spiritual asli tetap terjaga dalam berbagai upacara adat dan ritual panen.

Warisan Budaya: Tenun, Moko, dan Tarian Lego-Lego

Suku Abui dikenal dengan kekayaan budaya, termasuk kerajinan tenun ikat yang menjadi identitas perempuan mereka, dengan motif-motif sarat makna filosofis.

Moko, gendang perunggu kuno, adalah benda sakral yang digunakan sebagai alat tukar, mas kawin, dan simbol status sosial yang hanya dimiliki oleh beberapa keluarga.

BACA JUGA:Mengungkap Kisah Mistis dan Spiritualitas Gunung Pakuwojo: Warisan Sejarah dari Tanah Jawa

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait