Danau Tamblingan: Permata Alam Bali yang Diselimuti Aura Sakral dan Sejarah Leluhur

PAGARALAMPOS.COM  Terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, danau ini merupakan salah satu dari tiga danau kembar di wilayah tersebut, bersama dengan danau Buyan dan danau Beratan.

Asal Usul Nama Danau Tamblingan

Nama “Tamblingan” diyakini berasal dari bahasa Bali kuno, yakni kata “tamba” yang berarti obat dan “eling” yang merujuk pada kesadaran atau ingatan spiritual.

Legenda setempat menceritakan bahwa pada suatu masa desa di sekitar danau dilanda wabah penyakit. Seorang pertapa kemudian memberikan air dari danau ini sebagai obat spiritual.

Setelah banyak warga yang sembuh, danau tersebut dinamai Tamblingan sebagai penghormatan atas kesembuhan dan kekuatan spiritual yang diyakini terkandung di dalamnya.

BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Gunung Sunan Ibu: Jejak Spiritual dan Alam di Halmahera Barat!

BACA JUGA:Memahami Sejarah Gunung Malabar: Jejak Alam dan Warisan Kolonial di Tanah Priangan!

Jejak Sejarah dan Warisan Budaya

Sejak abad ke-10 hingga abad ke-14, daerah di sekitar Danau Tamblingan telah menjadi pusat pemukiman sekaligus tempat pelaksanaan ritual keagamaan.

Bukti-bukti arkeologis seperti prasasti kuno menunjukkan keberadaan komunitas spiritual yang aktif di kawasan ini.

Beberapa pura bersejarah, seperti Pura Dalem Tamblingan, Pura Gubug, dan Pura Ulun Danu Tamblingan, berdiri di tepian danau, menjadi saksi bisu spiritualitas dan tradisi Hindu Bali kuno.

Tradisi Bali Aga dan Ritual Adat

Masyarakat dari empat desa Bali Aga di sekitar danau masih memelihara tradisi leluhur yang kental dengan nilai spiritual.

Mereka rutin menggelar upacara adat seperti melasti, mekiyis, dan pakelem sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu, yang dipercaya melindungi kehidupan air. Ritual-ritual ini dilaksanakan di tepi danau sebagai wujud penghormatan terhadap alam dan leluhur.

Sumber: