Pemkot PGA

Bukit Kerang Nusantara: Melacak Sejarah dan Kehidupan Prasejarah di Tepi Laut

Bukit Kerang Nusantara: Melacak Sejarah dan Kehidupan Prasejarah di Tepi Laut

Bukit Kerang Nusantara: Melacak Sejarah dan Kehidupan Prasejarah di Tepi Laut-Foto: net -

Penelitian sejak tahun 1920-an yang dilakukan oleh arkeolog Belanda menunjukkan bahwa beberapa bukit kerang di Indonesia berumur hingga 7.000 tahun, memperlihatkan bagaimana masyarakat prasejarah telah memanfaatkan sumber daya laut sebagai bagian utama kehidupan mereka.

BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Keindahan Alam dan Warisan Geologi di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung

BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!

Temuan Arkeologis dan Makna Budaya

Penggalian di berbagai situs bukit kerang mengungkap banyak artefak penting yang memberi gambaran tentang kehidupan masa lalu.

Alat-alat batu seperti kapak genggam, serpih, dan alat tulang ditemukan di sana. Selain itu, ditemukan juga perhiasan sederhana yang terbuat dari tulang dan cangkang, serta jejak pemukiman yang menandakan tempat tinggal sementara atau tetap.

Sisa tulang manusia yang ditemukan juga menandakan bahwa beberapa bukit kerang berfungsi sebagai area pemakaman atau tempat pelaksanaan ritual

Dengan demikian, bukit kerang bukan sekadar tempat pembuangan sisa makanan, tetapi merupakan ruang kehidupan yang kompleks pada masa prasejarah.

Nilai budaya dari bukit kerang sangat penting karena menggambarkan pergeseran dari kehidupan berburu dan mengumpulkan menuju pola hidup menetap dengan pemanfaatan sumber daya di pesisir dan sepanjang sungai.

BACA JUGA:Mengenal Bukit Ketapang: Catatan Sejarah Perjuangan dan Pesona Alam yang Memikat

BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Gunung Sibuatan: Jejak Alam, Mitologi, dan Pesona di Puncak Sumatera Utara!

Tantangan Pelestarian

Sayangnya, banyak situs bukit kerang di Indonesia mengalami kerusakan akibat perubahan fungsi lahan, penggalian ilegal, dan minimnya kesadaran masyarakat tentang nilai sejarahnya.

Kurangnya dokumentasi dan pengembangan sebagai objek edukasi juga membuat situs ini sering terlupakan.

Pelestarian bukit kerang perlu mendapat perhatian bersama dari arkeolog, pemerintah, dan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait