Menelusuri Sejarah Danau Nibung: Jejak Budaya Dayak dan Pesona Alam Kalimantan Tengah!
Menelusuri Sejarah Danau Nibung: Jejak Budaya Dayak dan Pesona Alam Kalimantan Tengah!-net:foto-
Nama “Nibung” sendiri diyakini berasal dari pohon nibung (Oncosperma tigillarium), sejenis palma berduri yang tumbuh di sekitar kawasan rawa dan danau.
BACA JUGA:Jejak Erotisme Zaman Kuno: Temuan Artefak 4.000 Tahun Ungkap Gaya Hidup Seksual di Timur Tengah
Dalam tradisi masyarakat Dayak, pohon nibung kerap dianggap sebagai tanaman pelindung sekaligus simbol kekuatan alam.
Konon, kawasan Danau Nibung dulunya dipenuhi pohon-pohon nibung yang lebat dan berfungsi sebagai penyangga tanah dan air. Dari sinilah danau tersebut mendapat namanya.
Berdasarkan penuturan lisan warga setempat, Danau Nibung telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Dayak Tomun, sub-etnis Dayak yang mendiami wilayah Lamandau.
Danau ini digunakan sebagai sumber air, tempat mencari ikan, dan juga lokasi upacara adat tertentu, seperti ritual meminta hujan atau tolak bala.
Peran dalam Peradaban Lokal
Dalam kebudayaan Dayak Tomun, Danau Nibung bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga diyakini sebagai tempat suci yang dijaga oleh roh leluhur.
Cerita-cerita tentang makhluk penjaga danau serta legenda munculnya air dari celah batu besar di dasar danau menjadi bagian dari narasi yang diwariskan secara turun-temurun.
Kepercayaan ini membuat masyarakat sekitar menjaga danau dengan penuh rasa hormat dan kehati-hatian.
BACA JUGA:Eksplorasi Gunung Adeng Tabanan: Keindahan Alam dan Pesona Ketinggian yang Memikat
Danau ini juga pernah menjadi titik pertemuan para pemimpin adat dari berbagai kampung di sekitar Lamandau.
Mereka berkumpul untuk berdiskusi, menyelesaikan sengketa, dan merumuskan kesepakatan bersama mengenai batas wilayah dan sumber daya alam.
Masa Kolonial dan Perubahan Fungsi
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
