Pemkot PGA

Suku Mongondow di Pusaran Zaman: Antara Tradisi Kuno dan Modernitas Sulawesi Utara

Suku Mongondow di Pusaran Zaman: Antara Tradisi Kuno dan Modernitas Sulawesi Utara

Suku Mongondow di Pusaran Zaman: Antara Tradisi Kuno dan Modernitas Sulawesi Utara-Foto: net -

BACA JUGA:Kerak Telor. Makanan Betawi Paling Terkenal Kesukaan Bangsawan Belanda? Ini Sejarahnya!

BACA JUGA:Lurah Burung Dinang Ajak Warga Berkolaborasi Jaga Kebersihan

Budaya dan Tradisi yang Terus Hidup

Budaya masyarakat Mongondow masih kuat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Mongondow tetap digunakan dan menjadi simbol identitas serta sarana melestarikan nilai-nilai adat dan kisah masa lalu.

Salah satu tradisi yang masih dijaga hingga kini adalah Upacara Tulude, yakni sebuah perayaan tahunan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen dan limpahan berkah.

Dalam upacara ini, masyarakat memakai pakaian adat yang khas, menari, dan menggelar berbagai ritual adat yang mempererat solidaritas sosial.

Nilai kekeluargaan dan semangat gotong royong sangat dijunjung tinggi, dan hal ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan, pewarisan, serta penyelesaian sengketa melalui musyawarah adat.

BACA JUGA:Sejarah Bandara Soekarno-Hatta: Dari Lahan Cengkareng Menuju Gerbang Udara Internasional Indonesia!

BACA JUGA:Sejarah Suku Baduy: Penjaga Tradisi Leluhur di Tengah Arus Modernisasi!

Pengaruh Islam dan Perubahan Sosial

Masuknya ajaran Islam ke wilayah Mongondow terjadi sekitar abad ke-17 dan 18 melalui jalur perdagangan dan dakwah dari kerajaan-kerajaan tetangga.

Kehadiran Islam membawa perubahan dalam aspek spiritual dan hukum sosial masyarakat, namun nilai-nilai adat tetap dijaga dan dipadukan secara harmonis dengan ajaran baru.

Perpaduan ini menciptakan identitas budaya yang khas, di mana norma-norma Islam hidup berdampingan dengan tradisi lokal.

Masa Kolonial dan Gerakan Perlawanan

Pada abad ke-19, wilayah Bolaang Mongondow berada di bawah pengaruh pemerintahan kolonial Belanda. Meski demikian, masyarakat setempat menunjukkan perlawanan terhadap dominasi asing.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait