Rumah Krong Bade: Warisan Arsitektur Aceh yang Sarat Nilai Budaya dan Sejarah
Rumah Krong Bade: Warisan Arsitektur Aceh yang Sarat Nilai Budaya dan Sejarah-Foto: net -
BACA JUGA:Sejarah Suku Osing: Menelusuri Jejak Budaya Leluhur di Ujung Timur Jawa!
Tungai (Ruang Tengah): Ruang inti keluarga, berfungsi sebagai tempat tidur, penyimpanan barang berharga, dan kegiatan internal keluarga.
Seuramoe Likot (Serambi Belakang): Area domestik seperti dapur, tempat mencuci, dan ruang aktivitas perempuan.
Rumah ini juga dihiasi dengan ukiran tradisional yang mengandung simbol-simbol alam, seperti motif bunga, sulur, dan hewan, yang menggambarkan filosofi hidup masyarakat Aceh serta nilai religius yang mendalam.
Nilai Filosofis dan Kultural
Rumah Krong Bade merupakan refleksi nilai-nilai luhur masyarakat Aceh, seperti religiositas, gotong royong, dan sistem sosial yang tertata.
BACA JUGA:Lurah Burung Dinang Ajak Warga Berkolaborasi Jaga Kebersihan
BACA JUGA:Sejarah Suku Bawean: Menelusuri Jejak Budaya di Pulau Kecil yang Kaya Tradisi!
Material yang digunakan biasanya kayu-kayu berkualitas tinggi seperti ulin atau meranti, bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena nilai simboliknya.
Pembangunan rumah ini pun dilakukan secara kolektif, melibatkan banyak orang dalam semangat kerja sama dan persaudaraan.
Fungsi dan Peran di Era Modern
Meski tidak lagi digunakan secara luas sebagai hunian sehari-hari, rumah adat ini masih dilestarikan sebagai lambang budaya Aceh.
Banyak yang difungsikan sebagai rumah adat di kompleks museum, tempat penyambutan tamu resmi, atau dekorasi simbolik dalam acara budaya.
Di berbagai pameran nasional dan internasional, replika Rumah Krong Bade kerap digunakan untuk mewakili identitas Provinsi Aceh.
BACA JUGA:Sejarah Suku Moronene: Warisan Leluhur yang Bertahan di Tengah Arus Modernisasi!
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
