Kesultanan Bima: Mengungkap Kisah dan Tradisi dalam Lintasan Sejarah
Kesultanan Bima: Mengungkap Kisah dan Tradisi dalam Lintasan Sejarah-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Di tengah kesibukan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, terdapat sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan cerita masa lalu penuh kejayaan.
Bangunan ini dikenal sebagai Asi Mbojo atau Istana Raja Bima, yang menjadi simbol penting warisan budaya sekaligus lambang kebesaran Kesultanan Bima di wilayah timur Indonesia.
Asi Mbojo bukan sekadar bangunan tua, melainkan saksi perjalanan panjang peradaban dan kekuasaan masyarakat Bima.
Sejarah Awal Kesultanan Bima
Sebelum pengaruh Islam masuk, masyarakat Bima sudah memiliki sistem pemerintahan dengan corak Hindu-Buddha, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Majapahit dan Bali.
BACA JUGA:Sejarah Suku Amungme: Penjaga Tanah Suci di Lembah Pegunungan Papua!
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Suku Kamoro: Jejak Leluhur, Tradisi, dan Tantangan di Pesisir Papua!
Pada abad ke-17, terjadi perubahan besar ketika Raja La Ka’i memeluk agama Islam dan bergelar Sultan Abdul Kahir pada tahun 1621.
Peristiwa ini menandai berdirinya Kesultanan Bima sebagai kerajaan Islam yang kuat, khususnya dalam bidang perdagangan dan hubungan diplomatik dengan kerajaan lain seperti Makassar dan Ternate.
Perkembangan Fisik Istana
Awalnya, istana ini dibangun dari kayu dengan gaya arsitektur lokal. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid (1929–1941), dibangun sebuah istana baru pada tahun 1927 dengan konstruksi yang lebih kokoh dan megah.
Istana baru ini tetap diberi nama Asi Mbojo, yang berarti "Rumah Bima", dengan desain yang menggabungkan elemen arsitektur tradisional dan kolonial.
Fasad simetris, jendela besar, dan pilar tinggi yang terinspirasi gaya Eropa menjadi ciri khas bangunan tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Patung Titi Banda: Legenda Ramayana yang Menjadi Ikon Budaya di Gerbang Kota Denpasar!
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
