Sejarah Gunung Muria: Jejak Mistis dan Peradaban di Ujung Utara Jawa Tengah

Gunung Muria memiliki keterkaitan erat dengan sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

Pada masa Kerajaan Demak, kawasan Gunung Muria menjadi tempat penting bagi para ulama dan tokoh spiritual.

Di sinilah Sunan Muria—salah satu dari Wali Songo—menyebarkan ajaran Islam dikepada masyarakat melalui pendekatan budaya dan kesenian lokal.

Metode dakwah yang halus dan menyatu dengan budaya Jawa membuat ajaran Islam diterima dengan mudah oleh masyarakat sekitar.

Sunan Muria, yang memiliki nama asli Raden Umar Said, adalah putra dari Sunan Kalijaga.

Ia dikenal sebagai tokoh yang gemar berdakwah di daerah-daerah terpencil, termasuk pegunungan dan perdesaan.

Makamnya yang berada di lereng Gunung Muria hingga kini menjadi salah satu tujuan ziarah penting di Indonesia.

BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Gunung Kembang: Gunung Cantik di Lereng Selatan Sindoro!

Tradisi ziarah ke makam Sunan Muria menjadi bagian dari budaya religius masyarakat Jawa, terutama dalam konteks Islam Nusantara.

Tempat Bertemunya Tradisi dan Spiritualitas

Gunung Muria bukan hanya penting secara religius, tetapi juga menyimpan beragam tradisi lokal yang unik.

Di kaki gunung dan sekitarnya, masyarakat masih menjaga tradisi-tradisi kuno seperti sedekah bumi, tahlilan massal, hingga ritual bersih desa yang dilakukan sebagai wujud syukur kepada alam.

Tradisi ini merupakan cerminan sinkretisme antara kepercayaan Hindu-Buddha yang dulu berkembang, dengan ajaran Islam yang masuk kemudian.

Selain itu, banyak cerita rakyat yang berkembang di sekitar Gunung Muria.

Salah satunya adalah legenda tentang Ratu Kalinyamat, seorang tokoh wanita dari Jepara yang diyakini sering bertapa di lereng Muria untuk mencari petunjuk spiritual dalam memimpin rakyat.

Sumber: